Jakarta (ANTARANews) - Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, lebaran diharapkan dapat menolong industri petrokimia dari kerugian akibat krisis di Eropa dan Amerika Serikat.
"Krisis ini telah membuat marjin industri petrokimia nasional sepanjang 2012, hanya bisa mencapai titik impas (brake event point/BEP)," kata Fajar di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, kalau pada lebaran (Agustus) permintaan dan harga bisa sedikit meningkat, maka kita perkirakan marjin industri petrokimia hingga akhir tahun hanya dapat mencapai BEP.
Fajar menjelaskan, akibat memburuknya pasar di Eropa dan Amerika Serikat pada semester I, membuat produsen mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Seperti bahan baku polimer, pada semester I, produsen menjual dengan harga rugi senilai 1.200 dolar AS per ton, sedangkan harga bahan bakunya 1.250 dolar AS per ton, sehingga rugi 50 dolar AS per ton.
Fajar mengatakan, puncak kerugian terjadi pada April - Mei 2012, ketika harga produk petrokimia lebih rendah dibanding harga bahan baku. "Praktis pada Semester I ini industri petrokimia kita merugi," katanya.
Terlebih karakter bisnis di industri petrokimia, membuat produsen terikat harga dengan pembeli. Sehingga, meski harga bahan baku sempat turun tetapi tidak dapat mengejar harga yang sudah dikontrak.
Untuk itu, Fajar berharap pada semester II 2012, kondisi permintaan dapat sedikit membaik, yang dipicu oleh peningkatan konsumsi plastik pada hari raya Idul Fitri dan Natal. Dengan peningkatan permintaan tersebut, setidaknya ia masih optimistis, harga produk petrokimia bisa meningkat, sehingga kerugian pada tahun ini tidak terlalu dalam.
Total nilai penjualan industri petrokimia dalam negeri mencapai 1,57 miliar dolar AS pada semester I 2012, atau anjlok 12,5 persen dibandingkan dengan realisasi penjualan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,8 miliar dolar AS.
Produsen dalam negeri, jelas Fajar, sempat mengimpor bahan baku petrokimia secara besar-besaran dari sejumlah negara pada Januari - April 2012, untuk memenuhi permintaan pasar.
Akan tetapi, tegasnya, kondisi pasar dunia langsung berubah akibat krisis global yang mendera sejumlah negara. Hal itu memicu penurunan harga produk petrokimia lebih dari 20 persen pada Mei dan Juni 2012. Akibatnya, sebagian besar produsen petrokimia mengalami kerugian cukup besar.
Data Platts Global Petrochemical Index (PGPI) menunjukkan setelah sempat menyentuh harga 1.444 dolar AS per ton pada April 2012, harga petrokimia global anjlok 11,4 persen menjadi 1.279 dolar AS per ton pada Mei 2012.
Penurunan harga petrokimia pun berlanjut hingga Juni 2012 yang menyentuh angka 1.104 dolar AS per ton.
Fajar memperkirakan, kalau melihat perkembangan pasar saat ini diperkirakan perbaikan harga akan terjadi awal September mendatang. Targetnya marjin hanya mampu mencapai BEP saja.
Fajar mengatakan, untuk menekan kerugian pada semester I, produsen petrokimia tidak berani menahan bahan baku terlalu lama di gudang dalam waktu dua sampai empat minggu bahan baku datang harus segera diproduksi.
"Sehingga kalau rugi jangan sampai dobel. Minimal kecil," jelas Fajar.
Menurut Fajar pada semester II kebutuhan produk berbahan baku plastik akan mengalami kenaikan dengan adanya event lebaran, natal, dan tahun baru.
Dia berharap harga akan naik 10-20 persen, seperti polimer yang kini harganya sudah naik menjadi 1300 dolar AS per ton, dari semula 1250 dolar AS per ton.
Saat ini memang penyerapan permintaan produk agak lama karena gudang-gudang saat ini kosong, diharapkan awal semester II sudah ada pembelian bahan baku sehingga penyerapan dapat cepat.