Jakarta (ANTARA) - "Saya sudah terlalu sering memimpikan ini. Saya ingin mendedikasikan trofi ini untuk keluarga, istri, anak-anak, orang tua dan adik kakak saya, yang lama mesti menderita seperti saya, bahkan lebih berat. Kami selalu pergi berlibur dan melalui hari-hari dalam kesedihan karena tak memenangkan apa pun. Tetapi kali ini berbeda."
Kalimat itu dilontarkan Lionel Messi tak lama setelah akhirnya mengangkat trofi turnamen besar bersama negaranya, Argentina, usai menaklukkan Brazil dalam final Copa America, lima hari lalu. Trofi itu memupus dahaga gelar 28 tahun Argentina.
Baca juga: PSG siap kerahkan segala upaya pertahankan Kylian Mbappe
Kini Messi hendak pergi berlibur ke Miami, Amerika Serikat, dengan perasaan yang jauh lebih senang dan lebih lapang dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Keberhasilan Copa America membuat beban di pundak Messi lepas begitu saja. Dia kini bagaikan orang yang merdeka dari belenggu nasib sial yang berganti masa dengan hari-hari yang membahagiakan.
Suka cita itu bahkan bertambah manakala Barcelona berencana mengontrak dia kembali sampai lima tahun ke depan. Uniknya, dia bersedia menyepakati kontrak itu dengan gaji yang nilainya sudah dipangkas.
Fakta ini kian menunjukkan bahwa hanya sepak bola yang ada dalam pikiran Messi. Tetapi sebelum itu, status bebas transfer selama sebulan terakhir dan sukses Copa America 2021 sepertinya membuat Messi malah kian enjoy dan tak peduli di mana dia berlabuh nanti, sekalipun akhirnya kemungkinan besar tetap bersama Barcelona.
Yang mungkin terbayang Messi saat ini adalah Piala Dunia 2022 di Qatar, dalam imajinasi yang tak lagi dibalut tekanan besar yang cenderung obsesif sekali, melainkan mimpi indah disertai kegembiraan bersepakbola seperti dia nikmati pada puncak masa kejayaan Barcelona. Dan bekal Copa America membuat kepercayaan diri Messi untuk mewujudkan mimpi menggapai Piala Dunia menjadi semakin besar.
Seiring dengan itu, debat mengenai pesepakbola terbesar sepanjang masa atau GOAT (greatest of all time) mengencang kembali walaupun sebagian komunitas sepak bola sudah mendaulat Messi sebagai GOAT begitu dia mengantarkan Argentina menjuarai Copa America 2021.
Dan manakala perdebatan GOAT tumpah lagi memenuhi ruang diskursus sepakbola global, maka pembicaraan pun menjadi selalu tentang Messi dan Cristiano Ronaldo.
Dua superstar tersebut adalah pesepakbola yang memang paling memberi warna dan mempengaruhi panggung sepakbola dalam milenium baru ini. Mereka berdua susul menyusul dalam menciptakan pencapaian-pencapaian level tinggi di lapangan hijau.
Mereka susul menyusul dalam mengoleksi gol selama berkarir dalam sepakbola profesional. Messi 672 gol, sedangkan Ronaldo 674 gol.
Namun Ronaldo mengawali karir profesionalnya dua musim lebih dahulu ketimbang Messi. Leo Messi mengawalinya pada 2004-2005, sedangkan Ronaldo memulainya dari musim 2002-2003.
Messi lebih tidak egoistis
Uniknya, dalam rentang masa karir sedikit berbeda itu, Messi menciptakan assist yang lebih banyak ketimbang Ronaldo. Messi 226 assist, sedangkan Ronaldo 139 assist. Ini menunjukkan Messi lebih tidak egoistis di depan gawang lawan dari pada Ronaldo.
Ronaldo juga melampaui Messi di panggung Liga Champions, Piala Dunia, dan performa selama membela timnas masing-masing.
Ronaldo menciptakan 134 gol dalam Liga Champions, sedangkan Messi mencetak 120 gol.
Tapi ini karena Ronaldo melalui 27 pertandingan lebih banyak dari pada Messi yang total sudah menjalani 149 bertanding yang tentu saja selalu bersama Barcelona, sedangkan Ronaldo melakukannya bersama Porto, Manchester United, Real Madrid, dan Juventus.
Hasilnya pun berbeda, Ronaldo 5 kali menjuarai Liga Champions, sedangkan Messi 4 kali.
Ronaldo juga unggul tipis dalam soal mencetak gol selama Piala Dunia, dengan 7 gol, sedangkan Messi 6 gol.
Manakala mereka bersama timnasnya masing-masing, Ronaldo, bersama Ali Daei dari Iran, menjadi pesepakbola dunia paling banyak menciptakan gol untuk timnasnya, dengan 109 gol, sedangkan Messi 76 gol.
Catatan ini sebenarnya hampir sama jika jumlah kesempatan bertanding kedua pemain bersama timnas adalah sama. Tetapi catatan saat ini adalah Ronaldo sudah 179 tampil bersama timnas, sedangkan Messi 151 penampilan.
Dalam soal frekuensi juara dan jumlah anugerah pribadi yang diterima kedua superstar sepak bola ini, Messi di atas Ronaldo.
Ronaldo meraih 1 gelar kontinental (Piala Eropa), 7 juara liga, 5 juara Liga Champions, dan 4 juara dunia antarklub. Sedangkan Messi mengoleksi 1 gelar kontinenal (Copa America), 1 medali emas Olimpiade, 10 kali juara liga, 4 kali juara Liga Champions, dan 3 kali juara dunia antarklub.
Untuk penghargaan pribadi, Messi meraih 6 Ballon d'Or, 1 kali pemain terbaik FIFA, 6 kali menjadi Golden Shoe Eropa, 1 kali Golden Ball Piala Dunia, 3 kali pemain terbaik UEFA dan 6 kali pemain terbaik liga.
Sementara Ronaldo mengumpulkan 5 Ballon d'Or, 2 kali pemain terbaik FIFA, 4 kali Golden Shoe Eropa, dan 4 kali pemain terbaik UEFA.
Qatar bisa jadi penentu
Terutama dalam sukses kontinental, banyak orang beranggapan Ronaldo lebih baik dari pada Messi, karena dia merebut Piala Eropa 2016 dalam kompetisi yang lebih lama rentang waktunya dan lebih banyak pesertanya ketimbang Copa America.
Copa America hampir selalu diadakan setiap dua tahun sekali, sedangkan Piala Eropa reguler empat tahun sekali. Dengan masa kompetisi seperti ini Messi memiliki kesempatan lebih banyak dalam menjuarai trofi kontinental.
Sejak mengawali debut bersama timnas Argentina pada 2005, sudah tujuh turnamen Copa America yang diikuti Messi. Padahal dalam rentang waktu sama, Ronaldo hanya bisa mengikuti lima turnamen kontinental.
Dalam soal skala kesengitan kompetisi, Copa America kalah sengit dibandingkan Piala Eropa karena Copa hanya diikuti sepuluh negara yang dua di antaranya undangan dari kawasan luar Amerika Selatan, sedangkan Piala Eropa melibatkan paling banyak 24 negara seperti pada Euro 2020 yang baru saja lewat itu.
Ronaldo juga mengikuti kompetisi kontinental dengan lawan-lawan lebih berat yang di antaranya lima negara yang pernah menjadi runner up Piala Dunia dan lima negara yang pernah menjuarai Piala Dunia.
Tetapi jika melihat kiprah kedua pemain pada tingkat klub, kedua pemain mendapatkan perbandingan lebih objektif. Dan Messi sedikit lebih baik di atas Ronaldo.
Meskipun demikian, perdebatan GOAT antara Messi dan Ronaldo tak akan pernah berhenti sampai mereka gantung sepatu atau sampai turnamen penentu bisa mereka rengkuh. Dan penentu itu adalah Piala Dunia.
Sayangnya, mengingat mereka semakin dimakan usia di mana Messi sudah 34 tahun sedangkan Ronaldo lebih tua lagi pada usia 36 tahun, kesempatan mereka dalam meraih sukses Piala Dunia kemungkinan besar hanya bisa terjadi pada Piala Dunia 2022 di Qatar.
Kecil kemungkinannya Ronaldo masih tampil dalam usia 41 tahun ketika Piala Dunia 2026 digelar, demikian pula Messi yang saat Piala Dunia itu digelar akan berusia 39 tahun.
Untuk itu Qatar bisa menjadi penentu siapa di antara kedua pemain yang pantas menyandang predikat GOAT.
Dan akan lebih istimewa lagi jika di Qatar tahun depan nanti itu Argentina dan Portugal bertemu dalam final.
Tetapi bisa saja Piala Dunia Qatar pun tidak bisa menjawabnya, apalagi tahun depan itu ada Italia yang diyakini bakal semakin ganas di kancah sepak bola global. Belum lagi Inggris, Denmark, Belgia, Belanda, Spanyol dan Prancis, atau bahkan Jerman.
Leonel Messi, Ronaldo, GOAT dan Piala Dunia 2022
Jumat, 16 Juli 2021 1:32 WIB
Kini Messi hendak pergi berlibur ke Miami, Amerika Serikat, dengan perasaan yang jauh lebih senang