Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meminta seluruh pihak yang berkonflik di daerah pendudukan untuk menahan diri dan menghentikan kekerasan terhadap warga sipil termasuk rakyat Palestina.
"Atas nama kemanusiaan dan hukum humaniter internasional, hal ini (kekerasan,-red) tidak bisa dibenarkan. Saya menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri. Solusi damai dua negara hanya bisa terwujud dengan cara-cara damai," kata AHY lewat pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Aktris Maisa Abd Elhadi terluka diduga ditembak polisi Israel
Dalam kesempatan itu, AHY mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian Israel terhadap warga sipil, termasuk Umat Islam Palestina di Masjid Al-Aqsa pada akhir pekan lalu.
"Cara kekerasan sampai melukai warga sipil yang tidak bersenjata, bahkan sedang beribadah sangat menyakiti kita semua, khususnya Umat Islam," ucap AHY menambahkan.
Ia mengatakan konstitusi Republik Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 dalam bagian pembukaan menyebutkan kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
"Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, tidak terkecuali bagi Bangsa Palestina," ujar AHY menegaskan.
Dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan di daerah pendudukan, terutama Yerusalem memuncak akibat adanya pengusiran paksa warga Palestina dari rumahnya di Sheikh Jarrah.
Tensi kian memanas utamanya saat aparat keamanan Israel menghalang-halangi Umat Islam Palestina menuju ke Masjid Al-Aqsa dan menjalankan ibadah pada minggu terakhir bulan suci Ramadhan di tempat tersebut.
Kekerasan yang dilakukan oleh anggota kepolisian Israel di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa berlangsung setidaknya sejak Jumat minggu lalu (7/5), yaitu saat Umat Islam Palestina akan menjalankan ibadah Shalat Jumat terakhir pada bulan suci Ramadhan tahun ini.
Polisi Israel dilaporkan menyerang jamaah dengan peluru karet dan granat kejut dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat suci bagi Umat Islam, Jumat pekan lalu.
Setidaknya, lebih dari 170 warga Palestina dan enam polisi Israel luka-luka akibat aksi kekerasan di Masjid Al-Aqsa, demikian laporan Reuters.
Satu hari setelahnya, kepolisian Israel mengerahkan lebih banyak pasukan di Masjid Al-Aqsa dan aparat kembali menghalang-halangi Umat Islam Palestina beribadah di tempat suci tersebut.
Banyak mobil dan bus yang mengantar jamaah diberhentikan oleh petugas, tetapi ribuan warga Palestina memutuskan berjalan kaki untuk tiba di Masjid Al-Aqsa. Setidaknya, 90.000 orang diperkirakan berkumpul di Masjid Al-Aqsa, Sabtu (8/5) untuk beribadah dan menyambut datangnya Malam Lailatul Qadr.
Insiden di Masjid Al-Aqsa pada Jumat minggu lalu itu menjadi perhatian tidak hanya masyarakat setempat, tetapi juga warga dunia, termasuk di Indonesia, Turki, Amerika Serikat, dan banyak negara-negara berpenduduk mayoritas Umat Islam.
Di Indonesia, misalnya, Presiden Joko Widodo pada Senin (10/5) mengutuk keras pengusiran paksa warga Palestina di Sheikh Jarrah serta kekerasan terhadap Umat Islam Palestina di Masjid Al-Aqsa.
"Pengusiran paksa warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, dan penggunaan kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Masjid Al-Aqsa tidak boleh diabaikan. Indonesia mengutuk tindakan tersebut," kata Presiden Jokowi.
Ia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera mengambil tindakan atas perbuatan aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina.
Tidak hanya presiden, sejumlah politisi dan anggota legislatif di Indonesia juga menyampaikan kecaman atas insiden di Al-Aqsa.
Ketum Demokrat AHY minta seluruh pihak hentikan kekerasan terhadap warga Palestina
Rabu, 12 Mei 2021 15:35 WIB
Cara kekerasan sampai melukai warga sipil yang tidak bersenjata, bahkan sedang beribadah sangat menyakiti kita semua, khususnya Umat Islam