Tangerang, (ANTARABanten) - Kementerian Riset dan Teknologi mengungkapkan, sapu gelaga arjuna atau sapu lidi asal Purbalingga, Jawa Tengah diminati oleh warga Korea Selatan dan Malaysia.
"Sapu lidi ini sudah diekspor ke dua negara yakni Korea Selatan dan Malayasia dengan jumlah tiga kontainer setiap bulannya," kata Kepala Bidang Penguasaan dan Pengembangan Iptek Masyarakat, Yudho Baskoro Muriadi ditemui pada acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Puspiptek Serpong, Rabu.
Dikatakan Yudho, sapu gelaga arjuna tersebut memiliki perbedaan dengan sapu pada umumnya. Sapu tersebut tidak mudah rontok karena ikatannya yang kuat.
Bila pada sapu lidi biasa, ikatannya hanya dengan menggunakan tali rapia. Maka, untuk sapu gelaga arjuna, ikatannya dengan menggunakan tali plastik dari bahan baku tanaman.
"Sapu ini diminati karena memiliki kekuatan yang tahan lama serta bahan bakunya yang kuat dibandingakn sapu pada umumnya," katanya.
Sapu lidi gelaga arjuna yang ditemukan Bambang Wahyudi tersebut, dijual dengan harag Rp7 ribu setiap unitnya.
Hingga saat ini, proses pengerjaannya masih menggunakan sistem manual atau kerajinan tangan dengan memperkerjakan sebanyak 150 orang.
"Kemenristek sudah melakukan penilaian dan akan membantu dalam proses pemotongan sapu serta penjemuran bahan baku," katanya.
Rencananya, sapu gelaga arjuna tersebut akan dijual ke beberapa daerah di Indonesia serta memberikan metode penciptaannya.
"Sapu ini nantinya tidak hanya di Purbalingga saja, melainkan juga di daerah lain akan dikembangkan," katanya menjelaskan.
Selain sapu gelaga arjuna, ada juga beberapa teknologi yang berhasil diciptakan seperti mesin perontok kacang tanah, mesin pengering empon - empon, alat pengiris kentang, genarator kincir angin, singkong yang dimodifikasi menjadi tepung.
"Alat tersebut sudah banyak diminati oleh beberapa perusahaan bahkan siap untuk dikembangkan sebagai solusi masalah yang ada di masyarakat," katanya.
Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-16, dihadiri pula oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para menteri, Gubernur Banten, Wali Kota Tangerang Selatan, serta para peneliti