Lebak (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menyatakan ajaran hakekok balakasuta yang berkembang di Pandeglang menyimpang dari agama Islam.
"Masa, ajaran itu mandi bersama antara laki-laki dan perempuan tanpa busana. Itu ajaran yang menyesatkan," kata Wakil Ketua MUI Kabupaten Lebak KH Ahkmad Khudori di Lebak, Jumat.
Ajaran hakekok balakasuta sangat meresahkan masyarakat, karena bukan hanya di Pandeglang saja, namun pernah terjadi di Kabupaten Lebak.
Baca juga: Dinkes Lebak catat 2.253 pasien terinfeksi COVID-19 sembuh
Penyebaran paham sesat tersebut kebanyakan pimpinannya dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi dan mereka menyebarkannya dengan mendatangi perkampungan yang terisolir dengan jumlah penduduk relatif kecil.
Biasanya, kata dia, perkampungan terisolir itu sangat tertutup dari warga lainnya juga pemahaman agama Islam cukup minim.
Misalnya, kata dia, paham hakekok balakasuta di Pandeglang terjadi di Kecamatan Cigeulis dan Kabupaten Lebak di Kecamatan Lebak Gedong kondisinya terpencil.
"Saya kira paham hakekok balakasuta sesat, karena mereka melaksanakan ritual yang bertentangan dengan ajaran agama Islam," katanya menjelaskan.
Baca juga: Pengamat Politik: Jokowi lebih cepat tangani pandemi COVID-19
Menurut dia, penyebaran paham hakekok balakasuta itu sebagai penipu karena mereka para pemimpinnya memungut iuran dari jemaatnya.
Selain itu juga ajaran sesat tersebut tidak memiliki kitab suci, sehingga mereka bermotif ekonomi.
Untuk mengantisipasi ajaran sesat itu, MUI Lebak mengoptimalkan penyuluhan kepada masyarakat,sebab Kabupaten Lebak merupakan daerah rawan dimasuki para ajaran sesat karena lokasinya perbukitan, pegunungan juga banyak desa-desa terisolir.
Selain itu juga masih banyak warga yang terlilit ekonomi dan rendahnya pendidikan masyarakat.
"Kami minta MUI tingkat kecamatan agar mengoptimalkan penyuluhan kepada masyarakat untuk menangkal ajaran sesat maupun radikalisme," katanya.
MUI Lebak nyatakan ajaran hakekok balakasuta menyimpang
Sabtu, 20 Maret 2021 22:06 WIB
Ajaran sesat tersebut tidak memiliki kitab suci, sehingga mereka bermotif ekonomi.