Pembelajaran secara daring di pedalaman Lebak kurang efektif

Lebak (ANTARA) - Pembelajaran secara dalam jaringan (daring) di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, dinilai kurang efektif karena jaringan selular kerap terganggu dan orang tua siswa kesulitan untuk membeli kuota inteenet.

"Meski seringkali gangguan jaringan sinyal, tetapi proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring tetap dilaksanakan sesuai keputusan Kementerian Pendidikan," kata Kepala SMAN 1 Cikulur Kabupaten Lebak Sahrani di Lebak, Kamis.

Baca juga: Cegah COVID-19, puluhan warga Warunggunung Lebak jalani tes usap

Kegiatan proses pembelajaran daring di sekolah ini sudah berlangsung sebulan lebih yang dimulai pada Agustus 2020,

Untuk mengikuti proses PJJ secara daring tersebut maka siswa dapat membuka aplikasi sekolah, sehingga dapat dipandu oleh guru bersangkutan menerima mata pelajaran itu.

Pembelajaran secara daring, kata dia, semua tenaga pengajar mampu mengoperasikan aplikasi sekolah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar.

"Kami minta guru terus mengoptimalkan PJJ agar tidak ketinggalan pelajaran," katanya menjelaskan.

Menurut dia, selama ini, para tenaga pengajar dan siswa untuk penyampaian PJJ melalui daring dikeluhkan dan kurang efektif, karena seringkali mengalami gangguan jaringan sinyal.

Proses pembelajaran terkadang dihentikan jika mengalami gangguan sinyal,terlebih saat ini memasuki musim hujan.

Bahkan, gangguan jaringan sinyal itu terkadang dari pagi sampai siang juga malam.

Dengan demikian, kata dia, proses PJJ secara daring kurang efektif dan berdampak terhadap mutu dan kualitas pendidikan.

"Kami kerapkali menunggu jaringan sinyal kembali normal hingga pembelajaran dihentikan dari pagi sampai sore," katanya.

Ia menyebutkan siswa SMAN 1 Cikulur kondisinya berada di pedalaman Kabupaten Lebak dengan jumlah 460 orang dari kelas 10 sampai 12.

Selama ini, kegiatan proses PJJ secara daring sangat dikeluhkan orang tua siswa, karena mereka harus membeli kuota data.

Sedangkan, kata dia, kebanyakan orang tua siswa di sini berprofesi buruh tani dan pekerja serabutan, sehingga mereka kesulitan ekonomi jika membeli pulsa sebesar Rp20 ribu.

Beruntung, pemerintah berencana akan menyalurkan bantuan kuota pulsa untuk membantu siswa dari keluarga tak mampu agar mereka bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring itu.

"Kami berharap bantuan kuota itu bisa secepatnya direalisasikan," katanya.

Sementara itu, sejumlah siswa SMAN 1 Cikulur Kabupaten Lebak mengaku bahwa mereka mendatangi sekolah agar bisa belajar secara online karena terdapat jaringan sinyal.

Sebagian besar siswa di sini tinggal di pedesaan dan kesulitan jaringan sinyal karena topografinya perbukitan.

"Kami berharap adanya bantuan kuota pulsa sehingga bisa mengikuti PJJ secara daring," kata Mashud, siswa kelas 11.