Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tektonik berkekuatan magnitudo 5,2 yang terjadi di Laut Banda pukul 08.18 WIB dikarenakan adanya aktivitas subduksi Laut Banda.
"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Personel evakuasi damkar disiagakan bantu warga terdampak banjir
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter terbaru dengan magnitudo 5,1. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,01 Lintang Selatan (LS) dan 129,52 Bujur Timur (BT) atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 225 kilometer (Km) arah barat Laut Maluku Tenggara Barat, Maluku di kedalaman 198 Km.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik atau thrust fault," katanya.
Goncangan gempa dirasakan masyarakat di daerah Saumlakki dengan intensitas II Modified Mercalli intensity (MMI). Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
Rahmat mengatakan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tektonik tersebut tidak berpotensi tsunami sehingga warga diminta untuk tidak panik.
Selain itu, berdasarkan hasil pemantauan BMKG, hingga pukul 09.00 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun, warga diminta menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," ujar dia.
Gempa magnitudo 5,2 di Laut Banda akibat aktivitas subduksi
Selasa, 22 September 2020 10:10 WIB
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik atau thrust fault