Permintaan jamur tiram di Kabupaten Lebak, Banten, sejak tiga pekan terakhir ini cenderung meningkat saat pandemi wabah COVID-19 melanda bangsa Indonesia dan dunia.

"Meningkatnya permintaan pasar itu tentu dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat," kata Uding (45) seorang perajin budi daya jamur tiram warga Malabar Kabupaten Lebak, Jumat.

Saat ini, kata dia, perajin budi daya jamur tiram diwilayahnya sekitar 10 unit usaha merasa kewalahan melayani permintaan pasar.

Permintaan pasar hingga mencapai satu ton untuk dipasok ke Pandeglang dan Serang, padahal biasanya permintaan pasar sekitar 300 kilogram per hari.

Karena itu, tingginya permintaan jamur tiram dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

Namun, meningkatnya permintaan tersebut para perajin jamur tiram tidak mampu melayani pasar akibat minimnya modal itu.

"Kami mengembangkan usaha ini hanya mampu memproduksi sebanyak 50 kilogram dengan populasi benih 10.000 baglog dan pendapatan Rp500 ribu per hari dan harga ditingkat penampung sebesar Rp10.000 per kg," katanya menjelaskan.

Begitu juga Mazen (50) seorang perajin jamur tiram warga Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya tidak mampu melayani permintaan pasar karena produksinya sekitar 50 kilogram dengan pendapatan Rp500 ribu.

Pendapatan sebesar itu, kata dia, tentu cukup terbantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga juga mampu membayar upah pekerja.

"Kami membuka usaha ini berjalan ditempat akibat kekurangan modal,terlebih saat ini harga benih naik hingga Rp2.500 per baglog," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar, mengatakan saat ini perajin jamur tiram di daerah ini berkembang dan mampu memasok kebutuhan pasar Rangkasbitung dan Pandeglang.

Namun, produksi jamur mereka masih terbatas akibat terbentur permodalan.

"Kami terus mengoptimalkan pembinaan agar usaha perajin jamur tiram menjadikan klaster ekonomi warga Lebak," katanya.


 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020