Enam orang tim dari Rumah Sakit Zainal Umar Siddiki (ZUS) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, masuk dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP), pascamengikuti kegiatan dari daerah terinfeksi.

"Saya secara khusus membentuk grup whatsapp, untuk memantau 6 orang tersebut," ucap direktur RS ZUS Gorontalo Utara, dr Sri Fenty Sagaf, di Gorontalo, Senin, pada rapat terbatas tentang pembentukan gugus tugas percepatan penanggulangan COVID-19 dipimpin Bupati Indra Yasin di ruang Tinepo kantor bupati setempat.

Baru-baru ini pun beberapa kegiatan pemerintah kabupaten setempat, digelar di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Ia menganjurkan, agar aparat yang baru kembali dari daerah terinfeksi agar digolongkan pada ODP.

Diketahui, aparat yang mengikuti kegiatan di Kota Manado, tidak hanya tinggal di kabupaten ini, namun sebagiannya tinggal di luar Gorontalo Utara, termasuk 6 orang tim dari rumah sakit tersebut.

"Mereka terus dipantau dan diharapkan agar seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah, untuk ikut memantau staf masing-masing, yang ditugaskan pada beberapa kegiatan tersebut. Mereka yang memperlihatkan indikasi harus segera diberitahukan atau dilaporkan," ungkap Fenty.

Ia menjelaskan, saat ini tidak lagi dikenal dengan istilah terduga atau suspect, namun medis menandakan dengan orang dalam pemantauan (ODP) yaitu mereka dari daerah-daerah terinfeksi dengan protokol mengamankan diri di rumah dan mengurangi kontak.

Serta pasien dalam pengawasan (PDP), yang menunjukkan beberapa tanda seperti panas tinggi, flu dan beberapa tanda yang perlu dikenali secara detail.

Fenty melaporkan, hingga saat ini, rumah sakit satu-satunya di daerah itu, belum memiliki ruang isolasi, namun akan ada 1 ruangan kosong yang segera disiapkan sebagai ruang isolasi.

Kendalanya kata dia, tidak adanya sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan penunjang, mengingat ruang isolasi minimal menempatkan 15 orang perawat, dilengkapi alat pelindung diri berstandar.

"Dalam kondisi minim SDM saat ini, kami kesulitan memenuhinya," ucap Fenty.

Sementara untuk harga peralatan pelindung diri dari kepala hingga kaki, harus diadakan dengan harga senilai Rp1,8 juta per set dan pihak manajemen RS perlu mengadakannya minimal 20 set, sebab peralatan itu pun perlu disiapkan di ruang IGD, ruang perawatan dan ICU.

Selain sementara merancang ruang isolasi dengan jalur masuk khusus atau terpisah dari jalur ruang perawatan umum, rumah sakit saat ini diperhadapkan pada mulai menipisnya stok alkohol, hand sanitizer atau gel pembersih tangan mengandung alkohol, sarung tangan medis dan masker pelindung berstandar.

"Kita memiliki anggaran untuk pengadaannya, namun kesulitan mendapatkan stok-stok tersebut karena pihak penyedia pun mengalami kekosongan," paparnya.

Masyarakat diminta tidak resah, namun perlu memperhatikan kata kunci utama, yaitu menghindari kontak langsung sebab tidak diketahui siapa-siapa pembawa virus maupun tidak. ***3***

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020