Produksi jagung di Kabupaten Lebak, Banten, dipastikan tahun 2019 menurun  dan tidak di bawah target yang ditetapkan akibat kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan sehingga petani belum dapat melaksanakan gerakan tanam.

"Semestinya, bulan Oktober petani sudah melaksanakan gerakan tanam jagung serentak," kata Kepala Seksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dodi di Lebak, Selasa.

Pemerintah Kabupaten Lebak menargetkan luas anam jagung 2019 mencapai 5.000 hektare di 28 kecamatan,  di antaranya melalui bantuan Kementerian Pertanian, Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak.

Namun,tambahnya, petani saat ini belum melaksanakan gerakan tanam serentak akibat kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan.

Para petani itu mengembangkan pertanian jagung di lahan-lahan ladang milik Perum Perhutani, termasuk di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana.

"Kami yakin produksi jagung tahun ini menurun hingga 80 persen dari target 25.000 ton," katanya menjelaskan.

Menurut dia, selama ini, pertanian jagung dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani juga swasembada pangan.

Pengembangan pertanian jagung di Kabupaten Lebak setelah adanya program upsus pajale seluas 27.000 hektar tahun 2017.

Petani menerima benih jagung sebanyak 20 kilogram dan pupuk 50 kilogram per hektare.

Namun, saat ini produksi jagung menjadikan "primadona", karena bisa menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga petani.

Sebab, produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan ternak dari Tangerang dengan harga sekitar Rp2.500 sampai Rp3.000/Kg.

Mereka mengembangkan jagung bersertifikat unggul dengan jenis benih Bissi, Asia, NL dan Bima dan masa panen selama 90 hari.

"Kami minta petani melaksanakan gerakan tanam jagung jika September-Desember memasuki musim hujan," katanya.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019