Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Lebak, Banten sejak lima bulan terakhir anjlok, sehingga tidak lagi menjadikan andalan pendapatan ekonomi petani plasma.

"Harga TBS kelapa sawit saat ini diterima di pasaran Rp500 dari sebelumnya Rp1.000/Kg," kata Saidi, seorang petani plasma warga Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak, Senin.

Petani plasma di wilayahnya kini tidak bersemangat kembali untuk melakukan peremajaan perkebunan kelapa sawit sehubungan harga di pasaran anjlok.

Bahkan, banyak petani beralih ke pertanian palawija budi daya jagung.

Sebab, harga jagung di pasaran cukup baik hingga mencapai Rp3.000/ kilogram.

Selama ini, kata dia, petani plasma mengeluhkan harga TBS kelapa sawit di tingkat penampung dinilai murah.

"Kami merasa bingung dengan harga TBS Rp500 itu merugi, karena biaya produksi dan biaya upah pekerja cukup besar," katanya menjelaskan.

Ahmad, seorang petani plaswa warga Cijaku Kabupaten Lebak mengaku bahwa petani di sini banyak yang tidak melakukan peremajaan, karena perkebunan kelapa sawit yang ada usianya di atas 20 tahun.

Mereka petani tidak melakukan peremajaan akibat harga di tingkat penampung anjlok.

Saat ini, pendapatan petani plasma kelapa sawit tidak bisa dijadikan andalan pendapatan ekonomi yang baik.

"Kalau dulu usaha petani kelapa sawit itu menjadikan pendapatan ekonomi, sehingga mampu membangun rumah, menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan, petani diminta bersabar harga kelapa sawit anjlok di pasaran.

Namun, pihaknya meminta petani plasma terus membudidayakan perkebunan kelapa sawit guna meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

Selama ini, produksi minyak mentah kelapa sawit atau CPO ditampung oleh pabrik Kertajaya PT Perkebunan Nusantara VIII.

"Kami yakin ke depan harga TBS kelapa sawit kembali naik," katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019