Para pemimpin Arab berkumpul di Arab Saudi pada Kamis untuk mengikuti konferensi tingkat tinggi darurat setelah serangan-serangan atas aset-aset minyak Teluk terjadi pada Mei.

Riyadh mengharapkan pertemuan puncak itu menjadi pesan kuat kepada Iran bahwa kekuatan-kekuatan di kawasan akan membela kepentingan mereka dari ancaman apa pun.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE), yang melobi Washington untuk mengekang musuh mereka Iran, telah mengatakan mereka ingin menghindarkan perang pascaserangan pesawat nirawak (drone) atas fasilitas-fasilitas pompa minyak di kerajaan itu dan sabotase terhadap tanker minyak di lepas pantai UAE.

Riyadh menuding Teheran memerintahkan serangan-serangan drone, yang diklaim oleh kelompok militan Houthi yang bersekutu dengan Iran. Seorang pejabat keamanan Amerika Serikat mengatakan ranjau-ranjau Iran "hampir dipastikan" digunakan dalam serangan tanker itu. Teheran membantah terlibat dalam aksi itu.

Menteri Luar Negeri Saudi Ibrahim al-Assaf mengatakan kepada rekan-rekan sejawatnya yang berkumpul di Jeddah menjelang KTT itu bahwa serangan-serangan tersebut harus diatasi dengan "kekuatan dan ketegasan".

"Sementara KTT para pemimpin akan membahas bagaimana menghindari perang, Raja Salman bertekad membela Saudi dan kepentingan-kepentingan Arab di tengah-tengah ketegangan antara AS dan Iran yang meningkat," kata Pangeran Turki al-Faisal, mantan Kepala Intelijen Saudi dan duta besar, menulis pandangannya yang dipublikasikan oleh Al Arabiya.

Ia mengatakan pertemuan para pemimpin Muslim Sunni dan pemimpin di Mekkah akan mambahas "campur tangan" dalam urusan Arab.

Ketegangan telah meningkat antara Amerika Serikat dan Iran setelah Washington mundur dari perjanjian nuklir multinasional dengan Iran serta memberlakukan kembali sanksi-sanksi dan pengerahan kehadiran militer di Teluk.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Mohamad Anthoni

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019