Sejumlah petani Suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten bersyukur tanaman padi huma atau padi gogo di lahan darat tumbuh subur usai cuaca hujan di daerah itu cenderung meningkat.

"Kami berharap tanaman padi huma tumbuh subur dan menghasilkan produksi pangan dan peningkatan ekonomi keluarga," kata Santa (55) seorang petani Badui saat dihubungi di Rangkasbitung, Lebak, Senin.

Tanaman padi huma yang usianya sudah satu bulan lebih tumbuh subur, karena beberapa pekan terakhir di wilayahnya cenderung curah hujan meningkat.

Selain tanaman padi huma juga jagung, pisang, kencur, jahe, cabai dan sayuran dengan sistem tanam tumpang sari di satu kawasan tumbuh subur.

"Kami berharap semua tanaman itu di lahan satu hektare bisa dipanen dan menghasilkan pangan keluarga dan ekonomi," katanya.

Baca juga: Petani Suku Badui kembali "ngaseuk" padi huma di lahan darat

Menurut dia, masyarakat Badui mengembangkan pertanian ladang untuk menghasilkan pangan dan ekonomi ada yang tiga bulan sekali, seperti sayuran, jagung, dan kacang tanah.

Selain itu juga ada pendapatan ekonomi untuk satu tahun yakni tanaman jahe, dan kencur juga ada lima tahun sekali tanaman keras, di antaranya Albasia.

Sedangkan, kata dia, padi huma bisa dipanen selama enam bulan untuk konsumsi pangan keluarga.

"Kita merasa terbantu ekonomi dan ketersediaan pangan dari hasil bercocok tanam ladang itu," katanya.

Sudin (50) dan Kubil (45) petani Badui mengaku dirinya mengembangkan pertanian ladang huma seluas satu hektare di lahan dua hektare dengan sistem sewa tumbuh subur, karena curah hujan cukup tinggi.

Pertanian ladang itu dengan sistem tumpang sari dan menjadi andalan ekonomi masyarakat Badui secara turun temurun.

"Kami puluhan tahun mengembangkan pertanian ladang dan bisa memenuhi ketersediaan pangan keluarga dan ekonomi," kata Sudin.

Baca juga: Musim durian, pengunjung saba budaya Badui mulai ramai

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan kehidupan ekonomi masyarakat Badui sejak dulu hingga kini dari pertanian ladang untuk memenuhi ketersediaan pangan dan pendapatan ekonomi.

Karena itu, masyarakat Badui belum pernah mengalami kerawanan pangan, apalagi sampai kelaparan, sebab mereka memiliki cadangan pangan 8.000 leuit atau rumah pangan.

Jumlah lumbung yang ada 8.000 leuit dari 4.000 keluarga dengan penduduk 13.309 jiwa dan dari 8.000 lumbung pangan itu, jika rata-rata tiga ton/lumbung, berarti jumlah total 24 ribu ton gabah.

"Kami meyakini stok pangan di lumbung itu bisa dijadikan pangan keluarga jika terserang hama maupun bencana alam," katanya.

Baca juga: Warga Badui serentak tanam padi gogo di lahan darat

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2025