Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Serang, Provinsi Banten, menemukan beberapa aspek yang perlu diperbaiki antara lain alur produksi dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Serang, menyusul dugaan kasus keracunan di SMPN 1 Kramatwatu.

Kepala BBPOM Serang Mojaza Sirait di Serang, Kamis, mengungkapkan bahwa dari hasil pendampingan yang dilakukan, ada sejumlah evaluasi yang perlu segera ditindaklanjuti oleh penyelenggara program.

"Dari hasil pengawalan, ada memang beberapa hal yang harus diperbaiki, misalnya alur produksi agar lebih tertib. Kemudian operasional personel juga harus ditingkatkan," katanya.

Baca juga: Tiga siswa SMP di Serang diduga keracunan telur basi

Temuan ini mengemuka saat BBPOM melakukan pendampingan terkait laporan dugaan keracunan makanan yang dialami siswa. Kendati demikian Mojaza menegaskan penyebab pasti kejadian tersebut masih menunggu hasil uji laboratorium yang dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.

Ia menekankan peran BBPOM dalam kasus ini adalah sebagai pendamping untuk perbaikan sistem, bukan melakukan penindakan hukum.

"Kami menyebutnya pengawalan atau pendampingan, bukan pengawasan. Fungsi kami adalah mencegah jangan sampai terjadi kejadian luar biasa keracunan pangan," kata Mojaza.

Menurutnya, dapur MBG sejatinya telah memiliki standar yang disetujui Badan Gizi Nasional (BGN). Namun disiplin dalam menjalankan standar tersebut, lanjut dia, harus terus diperkuat melalui edukasi berkelanjutan.

Sebagai tindak lanjut di lapangan, BBPOM telah memberikan edukasi singkat kepada para pekerja mengenai cara mengolah makanan yang aman dan terhindar dari tiga jenis cemaran, yaitu kimia, fisik, dan biologi, untuk mencegah kejadian serupa terulang.

Baca juga: Pemprov Banten bahas hasil survei 28 lokasi rencana dapur SPPG

Pewarta: Desi Purnama Sari

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2025