Lebak (Antaranews Banten) - Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan serangan gerombalan monyet dam babi hutan yang datang secara berkelompok merusak komoditas budidaya tanaman pertanian.
"Kita kerapkali komoditas pisang,kacang tanah dan jagung tidak bisa dipanen akibat dimakan populasi monyet dan babi hutan itu," kata H Supadma, seorang petani Desa Sindangwangi Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak, Senin.
Gerombalan monyet dan babi hutan secara berkelompok merusak tanaman pertanian tentu petani merasa ketakutan.
Sebab, populasi binatang itu bisa melakukan aksi perlawanan.
Mereka petani di sini terpaksa memanen muda karena khawatir dimakan binatang tersebut.
"Kami hari ini memanen pisang dan jagung,meski belum begitu tua," ujarnya menjelaskan.
Menurut dia, serangan monyet dan babi hutan sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir dan menimbulkan kerugian bagi petani.
Kehadiran binatang itu akibat adanya alih fungsi lahan, karena habitatnya di kawasan hutan dieksploitasi pertambangan batu.
"Kami menduga kawasan satwa itu kelaparan karena sudah tidak memiliki habitatnya di kawasan hutan," katanya.
Ahmad, warga Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak mengaku akibat serangan monyet dan babi hutan maka petani mengalami kerugian karena tanaman pertanian tidak menghasilkan panen.
Kebanyakan tanaman pertanian yang diserang monyet dan babi hutan itu buah pisang,jagung, kacang, petai, pepaya dan durian.
Populasi satwa itu tinggal di sekitar kawasan hutan Neglasari, namun kini beralih fungsi sehingga mereka kesulitan untuk mencari makanan.
"Kami tidak berani melakukan pembunuhan karena populasi monyet dilindungi pemerintah," ujarnya.
Untuk mencegah pertanian tidak dimakan binatang, maka petani melakukan pemasangan "bebegig" atau patung menyerupai manusia.
Selain itu juga melindungi komoditas buah pertanian yang siap dipanen dengan memasang kaleng maupun bunyi-bunyian.
Pemasangan itu, kata dia, untuk mengusir satwa agar tidak menyerang tanaman pertanian.
"Kami juga merasa ketakutan jika gerombalan binatang itu menyerang dengan jumlah banyak dan bisa mengigitnya," katanya.
Sementara itu, sejumlah petani lainya mengatakan serangan binatang merusak tanaman pertanian akibat kelaparan setelah adanya kegiatan pertambangan sekitar kawasan hutan Neglasari.
Sebagian besar wilayah Kecamatan Muncang masih berupa hutan lindung, hutan adat dan hutan Perum Perhutani sehingga banyak hewan liar berkeliaran ke ladang ketika habitatnya terganggu.
"Kami jika pergi ke ladang tentu selalu waspada agar tidak menjadi korban serangan binatang monyet dan babi hutan," kata Murod, seorang petani Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kita kerapkali komoditas pisang,kacang tanah dan jagung tidak bisa dipanen akibat dimakan populasi monyet dan babi hutan itu," kata H Supadma, seorang petani Desa Sindangwangi Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak, Senin.
Gerombalan monyet dan babi hutan secara berkelompok merusak tanaman pertanian tentu petani merasa ketakutan.
Sebab, populasi binatang itu bisa melakukan aksi perlawanan.
Mereka petani di sini terpaksa memanen muda karena khawatir dimakan binatang tersebut.
"Kami hari ini memanen pisang dan jagung,meski belum begitu tua," ujarnya menjelaskan.
Menurut dia, serangan monyet dan babi hutan sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir dan menimbulkan kerugian bagi petani.
Kehadiran binatang itu akibat adanya alih fungsi lahan, karena habitatnya di kawasan hutan dieksploitasi pertambangan batu.
"Kami menduga kawasan satwa itu kelaparan karena sudah tidak memiliki habitatnya di kawasan hutan," katanya.
Ahmad, warga Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak mengaku akibat serangan monyet dan babi hutan maka petani mengalami kerugian karena tanaman pertanian tidak menghasilkan panen.
Kebanyakan tanaman pertanian yang diserang monyet dan babi hutan itu buah pisang,jagung, kacang, petai, pepaya dan durian.
Populasi satwa itu tinggal di sekitar kawasan hutan Neglasari, namun kini beralih fungsi sehingga mereka kesulitan untuk mencari makanan.
"Kami tidak berani melakukan pembunuhan karena populasi monyet dilindungi pemerintah," ujarnya.
Untuk mencegah pertanian tidak dimakan binatang, maka petani melakukan pemasangan "bebegig" atau patung menyerupai manusia.
Selain itu juga melindungi komoditas buah pertanian yang siap dipanen dengan memasang kaleng maupun bunyi-bunyian.
Pemasangan itu, kata dia, untuk mengusir satwa agar tidak menyerang tanaman pertanian.
"Kami juga merasa ketakutan jika gerombalan binatang itu menyerang dengan jumlah banyak dan bisa mengigitnya," katanya.
Sementara itu, sejumlah petani lainya mengatakan serangan binatang merusak tanaman pertanian akibat kelaparan setelah adanya kegiatan pertambangan sekitar kawasan hutan Neglasari.
Sebagian besar wilayah Kecamatan Muncang masih berupa hutan lindung, hutan adat dan hutan Perum Perhutani sehingga banyak hewan liar berkeliaran ke ladang ketika habitatnya terganggu.
"Kami jika pergi ke ladang tentu selalu waspada agar tidak menjadi korban serangan binatang monyet dan babi hutan," kata Murod, seorang petani Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019