Puluhan warga di Perumahan Bumi Agung Permai I Kota Serang mengikuti penyuluhan kesehatan terkait deteksi dini penyakit jantung serta pencegahannya yang diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Universitas Faletehan Serang, Banten, Senin.
"Kegiatan ini bagian dari pengabdian masyarakat dari kampus kami. Tentunya kami berharap bisa bermanfaat bagi warga," kata Wakil Rektor I Universitas Faletehan Serang, Fatoni, M,Kep., PhD di Serang, Banten.
Ia mengatakan, penyuluhan kesehatan bagi masyarakat sekitar difokuskan pada upaya deteksi dini penyakit jantung, mengenal tanda dan gejala serta upaya pencegahan-nya. Sebab, kata dia, penyakit tersebut saat ini bisa dipicu oleh kebiasaan kebiasaan buruk dan pola hidup sehari-hari di masyarakat.
"Kadang kita tidak menyadari pola hidup kita sehari-hari yang bisa memicu penyakit jantung. Bisa saja karena ketidaktahuan masyarakat itu sendiri," kata Fathoni.
Selain penyuluhan kesehatan, kegiatan tersebut juga diisi dengan pemeriksaan tekanan darah, cek gula darah, kolesterol,asam urat dan penimbangan berat badan. Puluhan warga antusias mengikuti kegiatan tersebut yang diselenggarakan di Lapangan Bulu Tangkis di RT 04 RW 23 Bumi Agung Permai I Kota Serang.
Baca juga: Masyarakat penting belajar pijat jantung, ini alasannya
Salah seorang dosen pembimbing dalam penyuluhan tersebut Lenny Stia Pusporini M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat mengatakan, deteksi dini penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga pada kelompok risiko tinggi, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.
"Skrining yang dapat dilakukan antara lain dengan rekam jantung (elektrokardiografi), treadmill test, echocardiografi (USG jantung) dan lain-lain," katanya.
Leni mengatakan, pola hidup buruk menjadi faktor pemicu gejala jantung. Seperti kurang olahraga, merokok, dan banyak mengonsumsi makanan berlemak.
"Ketika seseorang stres, tubuh mereka mengeluarkan hormon kortisol yang berakibat pada kakunya pembuluh darah. Hormon norepinephrine yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah," kata Leni.
Ia mengatakan, proses apa pun yang dapat merusak urat-urat jantung ini dapat mengakibatkan penyumbatan jantung. Penyakit arteri koroner, dengan atau tanpa serangan jantung, merupakan salah satu penyebab paling umum penyumbatan jantung.
"Penyakit ini terjadi ketika plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, dan zat lain menumpuk di dinding arteri koroner. Penumpukan ini disebut aterosklerosis, yang menyebabkan arteri menjadi menyempit dan kaku. Penyempitan ini mengurangi aliran darah kaya oksigen ke otot jantung," kata Leni.
Baca juga: Penderita jantung disarankan pilih olahraga santai, bisa atur energi
Sehingga, kata dia, ketika aliran darah berkurang secara signifikan atau terhenti sama sekali akibat pecahnya plak atau terbentuknya bekuan darah (trombus), jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk berfungsi dengan baik.
"Hal ini dapat menyebabkan angina pektoris (nyeri dada) atau, dalam kasus yang lebih parah, infark miokard (serangan jantung). Selain itu, aterosklerosis kronis dapat melemahkan otot jantung, menyebabkan gagal jantung atau aritmia, yang berisiko fatal jika tidak segera ditangani," kata Leni menegaskan.
Ia mengatakan, pencegahan merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Hal ini meliputi penerapan gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan rendah lemak jenuh dan tinggi serat, berolahraga secara teratur, menghindari rokok, serta mengelola stres dengan baik.
Selain itu, kata dia, rutin memeriksa kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah juga penting untuk mendeteksi faktor risiko lebih awal. Dengan menjalankan upaya pencegahan ini, peluang terjadinya aterosklerosis dan komplikasi jantung dapat diminimalkan, sehingga kualitas hidup tetap terjaga
Slamet Riyadi (52) salah seorang peserta penyuluhan tersebut mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan itu, sehingga lebih memahami mengenai penyebab dan pencegahan dini . Ia mengaku sebelum mengikuti penyuluhan kesehatan jantung dan deteksi dini penyakit jantung banyak kebiasaan pola hidup yang sering ia lakukan.
"Kadang kebiasaan-kebiasaan pola hidup yang sebenarnya kurang baik masih kita lakukan. Contoh sederhana saja, kebiasaan merokok, makan gorengan dan begadang. Padahal ini berbahaya bagi kesehatan" kata Slamet.
Baca juga: Catat, obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024