Lebak (Antaranews Banten) - Nelayan tradisional pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak sepekan terakhir menganggur akibat cuaca buruk disertai tiupan angin kencang.
     
"Kami tidak berani melaut karena gelombang cukup tinggi dan membahayakan keselamatan jiwa," kata Iming (45) seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak saat dihubungi di Lebak, Jumat.
     
Iming mengatakan, dirinya bersama ratusan nelayan TPI Binuangeun tidak melaut karena cuaca buruk yang disertai gelombang tinggi dan angin kencang.
     
Selain tangkapan ikan relatif sepi dan jika dipaksakan cukup berbahaya juga mengancam keselamatan jiwa.
     
Apalagi, sebagian besar nelayan di sini menggunakan perahu kecil atau perahu kincang bermesin motor dengan jelazah di bawah 5 mil dari pantai.
     
Perahu kincang itu tentu tidak kuat menahan gelombang di atas 2,0 meter sehingga bisa menimbulkan kecelakaan laut.
     
"Kami lebih baik menganggur sambil menunggu kembali cuaca normal," katanya.
     
Daman (50), seorang nelayan TPI Bayah Kabupaten Lebak, mengaku selama beberapa hari ini tidak menangkap ikan akibat gelombang dan tiupan angin cukup tinggi.
     
Selama tidak melaut, kata dia, dirinya terpaksa menjadi buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
     
"Kami sudah biasa jika cuaca buruk beralih profesi buruh bangunan," katanya.
     
Kepala TPI Binuangeun Kabupaten Lebak Agus Taman mengatakan nelayan tradisional yang tersebar di 11 TPI sekitar 3.400 orang menganggur dan tidak berani melaut akibat cuaca buruk itu.
     
Saat ini, nelayan yang berani melaut hanya nelayan yang menggunakan kapal di atas 20 GT.
     
Akibat nelayan tidak melaut berdampak terhadap transaksi pelelangan ikan.
     
"Kami minta nelayan tradisional tidak melaut guna mencegah kecelakaan laut menyusul cuaca buruk itu," katanya.
Baca juga: BPBD Lebak Imbau Nelayan Waspadai Cuaca Buruk

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018