Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang Herman Suwarman menginstruksikan kepada pegawai agar program Satu Telur Satu Minggu (Satesami) dioptimalkan dalam mengatasi stunting.

Ia mengatakan pemberian telur kepada anak terindikasi stunting bagian dari kegiatan intervensi dalam program pencegahan dan penurunan stunting.

"Program lain yang juga harus kita maksimalkan adalah Gerakan Anak Tangerang Sehat dan Cerdas (Gertak Tangkas), Dapur Sehat Anak Stunting (Dashat), PKK, Skrining TBC di Posyandu Engkong Asuh Stunting atau bapak dan bunda asuh yang memberikan bantuan berupa uang, makanan serta alat antropometri," katanya dalam Rakor Audit Kasus Stunting (AKS) di Tangerang, Banten, Senin.

Baca juga: Pemkab Serang Banten gelar diseminasi audit kasus stunting 2024

Sekda Herman yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kota Tangerang itu menyampaikan pentingnya pengoptimalan intervensi spesifik maupun intervensi sensitif sebagai upaya percepatan penurunan stunting di daerah setempat.

Intervensi spesifik, berupa kegiatan yang langsung mengatasi stunting, seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini umumnya diberikan sektor kesehatan.

"Sedangkan intervensi sensitif mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, Intervensi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan seperti BKKBN melalui OPD terkait," katanya.

Baca juga: Siapkan generasi emas, Pemkab Lebak optimalkan pencegahan stunting

Ia menerangkan tujuan rakor sekaligus diseminasi AKS mengidentifikasi dan mengetahui penyebab risiko stunting, khususnya di Kota Tangerang.

"Yang kemudian dari hasil identifikasi tersebut dilakukan analisis guna memberikan rekomendasi sebagai upaya pencegahan yang harus dilakukan, selanjutnya dapat ditindak lanjuti dan dirumuskan strategi-strategi untuk berbagai upaya perbaikan," ujarnya.

Selain itu, katanya, berbagai strategi juga perlu dioptimalkan di antaranya meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan.

"Kita juga tingkatkan akses air minum dan sanitasi, yang semuanya dapat dilakukan melalui optimalisasi intervensi spesifik dan sensitif," katanya.

Prevalensi stunting di Kota Tangerang mengalami penurunan, pada 2018 di angka 19,1 persen menjadi 11,8 persen pada 2022. Kenaikan terjadi pada 2023 menjadi 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yang 24 persen dan nasional 21,5 persen.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang mencatat prevalensi kasus stunting di daerah itu per Juni 2024 mencapai 4,9 persen. Dinkes juga sudah melakukan skrining terhadap 77.062 balita.

Baca juga: Diskominfo Tangerang salurkan telur ke wilayah binaan penanganan stunting

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024