Lebak (Antara News) - Sejumlah objek wisata di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini belum dilirik wisatawan asing karena belum memiliki penunjang sarana dan prasarana yang memadai.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Hayat Syahida di Lebak, Selasa, mengatakan, hingga saat ini pengunjung wisatawan asing dan domestik tahun ke tahun relatif kecil dibandingkan wisatawan lokal.

Mereka para wisatawan asing dan domestik yang mengunjungi destinasi wisata Kabupaten Lebak hanya empat persen per tahun.

Wisatawan asing dan domestik lebih memilih Pantai Sawarna untuk bermain selancar karena ombaknya cukup besar juga berhadapan dengan Perairan Samudera Hindia.

Selain itu juga kawasan destinasi wisata budaya masyarakat Badui yang hingga kini mempertahankan adat mereka.

Saat ini, jumlah wisatawan mencapai 520.000 orang dan kebanyakan pengunjung lokal dari berbagai daerah di Provinsi Banten.

Para wisatawan lokal itu sebagian besar mengunjungi Pantai Bagedur, Pantai Sawarna, Pantai Pasir Putih, Pulau Manuk dan pemandian air panas.

"Kami menilai wajar jika wisatawan asing dan domestik belum melirik Lebak karena Dinas Pariwisata saja baru terbentuk tujuh bulan," katanya.

Menurut dia, pemerintah daerah terus mengembangkan destinasi wisata sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda).

Disamping itu juga memberikan kemudahan perizinan bagi investor yang ingin membangun destinasi wisata.

Pihaknya juga mengoptimalkan promosi-promosi guna menggaet wisatawan asing maupun wisatawan domestik.

Potensi objek wisata Kabupaten Lebak memiliki 23 destinasi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Bahkan, pembangunan objek Pantai Sawarna sudah memiliki master plan dengan diintegrasikan kawasan wisata, pusat belanja aneka kerajinan masyarakat, home stay dan lainnya.

"Kami yakin destinasi wisata itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya ke depan banyak wisatawan asing dan domestik mengunjungi wisata buaya masyarakat Badui yang hingga kini mereka masih mempertahankan adat leluhur dan menolak kehidupan modern.

Wisata budaya Badui tidak dimiliki oleh daerah lain di Pulau Jawa.

Destinasi wisata budaya tersebut banyak dikunjungi para peneliti dari berbagai perguruan tinggi nasional maupun mancanegara.

Begitu juga Pantai Sawarna yang panorama alamnya cukup indah dan bisa dijadikan lokasi permainan selancar.

Potensi kekayaan destinasi wisata alam lainya, ujar dia, kawasan hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun (TNGHS), daerah aliran sungai (DAS) yang bisa digunakan permainan arum jeram.

Begitu juga terdapat peninggalan purba, seperti situs gua serta aneka jenis makanan tradisional yang dikembangkan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).     
    Pemerintah daerah mengembangkan destinasi wisata desa agar menjadi tulang punggung pendapatan masyarakat.

Kawasan wisata desa tersebut dapat melahirkan sentra-sentra usaha kerajinan masyarakat sehingga memberikan nilai tambah kesejahteraan kehidupan mereka.

"Kami optimistis wisata Lebak ke depan menjadi serbuan pengunjung domestik dan mancanegara," katanya.

Pemerhati sosial dari Kabupaten Lebak Encep Khaerudin mengatakan saat ini destinasi wisata budaya Badui merupakan andalan pariwisata di Kabupaten Lebak.  

Sebagian besar pengunjung dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk konservasi maupun mempelajari budaya setempat.

Keunikan masyarakat Badui yaitu hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan modern.

Kawasan hutan yang dihuni masyarakat Badui seluas 5.100 hektare tanpa jalan, jaringan listrik, televisi, radio dan kendaraan.

Masyarakat Badui Dalam berpakaian putih-putih bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik kendaraan.

"Banyak para antropolog datang ke Badui untuk melakukan penelitian, bahkan diantaranya dari mancanegara," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017