Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Banten mendistribusikan pangan segar Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) kepada 270 anak terindikasi stunting di 13 wilayah kecamatan.
Kepala DKP Kota Tangerang Muhdorun di Tangerang Kamis mengatakan pendistribusian pangan segar ini sebagai upaya intervensi pencegahan stunting yang dimasifkan oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Ia mengatakan pendistribusian pangan segar tersebut bukan hanya sekali tetapi selama lima bulan penuh hingga anak terindikasi stunting sudah lebih sehat atau keluar dari status stunting.
"Bukan satu kali penyaluran, namun setiap anak akan terpenuhi pangan B2SA-nya selama lima bulan penuh," kata Muhdorun.
Baca juga: 32 ribu anak di Kota Tangerang sudah diskrining kasus stunting
Ia pun menjelaskan pangan B2SA yang disalurkan ialah karbohidrat melalui beras, protein hewani dengan daging sapi dan telur, nabati lewat kacang hijau, asupan mineralnya dengan wortel dan buah jeruk, serta kebutuhan lemak dengan asupan keju.
“Semuanya, kita suplai selama lima bulan penuh untuk mendukung tercapainya pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan yang diimplementasikan melalui penerapan konsumsi pangan B2SA. Guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta pencegahan dan penuntasan kasus stunting,” katanya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Banten menggelar intervensi serentak pencegahan stunting di 1.097 posyandu mulai tanggal 1 - 30 Juni 2024 dengan sasaran 85.474 balita
Baca juga: Tangani stunting, Pemprov Banten alokasikan anggaran Rp698 miliar
Plh Dinkes Kota Tangerang Mugiya Wardhany mengatakan selama sepekan berjalan, sebanyak 32 ribu anak sudah dilakukan skrining kasus stunting dan TBC.
Pemkot Tangerang memastikan selama bulan Juni 2024, 100 persen anak datang ke posyandu untuk diukur pertumbuhannya dari mulai berat badan, panjang atau tinggi badan. Lalu, diinput ke dalam aplikasi SiData dan e-PPGBM.
Dinkes Kota Tangerang bersama seluruh OPD terkait akan melakukan intervensi khusus pada anak-anak yang terindikasi stunting.
Perlu diketahui Tren prevalensi stunting pada balita di Kota Tangerang mengalami penurunan dari tahun 2018 di angka 19,1 persen menjadi 11,8 persen di tahun 2022.
Kenaikan terjadi pada tahun 2023 dengan angka 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yaitu 24 persen dan nasional di 21,5 persen.
Baca juga: Cegah stunting, Pemprov Banten gelar program gertak cetting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Kepala DKP Kota Tangerang Muhdorun di Tangerang Kamis mengatakan pendistribusian pangan segar ini sebagai upaya intervensi pencegahan stunting yang dimasifkan oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Ia mengatakan pendistribusian pangan segar tersebut bukan hanya sekali tetapi selama lima bulan penuh hingga anak terindikasi stunting sudah lebih sehat atau keluar dari status stunting.
"Bukan satu kali penyaluran, namun setiap anak akan terpenuhi pangan B2SA-nya selama lima bulan penuh," kata Muhdorun.
Baca juga: 32 ribu anak di Kota Tangerang sudah diskrining kasus stunting
Ia pun menjelaskan pangan B2SA yang disalurkan ialah karbohidrat melalui beras, protein hewani dengan daging sapi dan telur, nabati lewat kacang hijau, asupan mineralnya dengan wortel dan buah jeruk, serta kebutuhan lemak dengan asupan keju.
“Semuanya, kita suplai selama lima bulan penuh untuk mendukung tercapainya pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan yang diimplementasikan melalui penerapan konsumsi pangan B2SA. Guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta pencegahan dan penuntasan kasus stunting,” katanya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Banten menggelar intervensi serentak pencegahan stunting di 1.097 posyandu mulai tanggal 1 - 30 Juni 2024 dengan sasaran 85.474 balita
Baca juga: Tangani stunting, Pemprov Banten alokasikan anggaran Rp698 miliar
Plh Dinkes Kota Tangerang Mugiya Wardhany mengatakan selama sepekan berjalan, sebanyak 32 ribu anak sudah dilakukan skrining kasus stunting dan TBC.
Pemkot Tangerang memastikan selama bulan Juni 2024, 100 persen anak datang ke posyandu untuk diukur pertumbuhannya dari mulai berat badan, panjang atau tinggi badan. Lalu, diinput ke dalam aplikasi SiData dan e-PPGBM.
Dinkes Kota Tangerang bersama seluruh OPD terkait akan melakukan intervensi khusus pada anak-anak yang terindikasi stunting.
Perlu diketahui Tren prevalensi stunting pada balita di Kota Tangerang mengalami penurunan dari tahun 2018 di angka 19,1 persen menjadi 11,8 persen di tahun 2022.
Kenaikan terjadi pada tahun 2023 dengan angka 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yaitu 24 persen dan nasional di 21,5 persen.
Baca juga: Cegah stunting, Pemprov Banten gelar program gertak cetting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024