Kain tenun Badui laku keras pada pembukaan pertama pameran Seba Badui yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Banten 16-19 Mei 2024.
 
"Kami tidak menyangka bahwa produksi kain tenun Badui itu banyak dikunjungi pembeli," kata Lina (25) seorang perajin masyarakat Badui saat ditemui di stan Pameran Seba Badui di Rangkasbitung, Lebak, Kamis.
 
Produksi kain tenun Badui kini bangkit kembali dan terbukti banyak pembeli secara konvensional dengan mendatangi perajin di pemukiman kawasan Badui.

Baca juga: Warga Badui berharap tradisi Seba berjalan lancar
 
Selain itu juga mereka pembeli secara online melalui media sosial, seperti Marketplace, Shopee, Lazada, Akulaku, Tokopedia, Bukalapak, Facebook, Instagram Twitter dan YouTube.
 
Penjualan kain tenun Badui juga kerapkali mengikuti pameran diberbagai daerah di wilayah Banten dan DKI Jakarta.
 
"Kami sangat senang kini produksi kain tenun Badui diminati konsumen, bahkan pembelinya terdapat warga Serang, Tangerang dan Jakarta,"katanya menjelaskan.
 
Menurut dia, harga kain tenun Badui itu dari bahan katun berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp400 ribu, seperti jenis poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).

Begitu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
 
Namun, kain tenun Badui untuk jenis Janggawari lebih mahal hingga menembus Rp1,5 juta dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter.
 
"Kami hari ini diperkirakan bisa meraup keuntungan cukup lumayan,"kata Lina sambil merahasiakan keuntungan.

Baca juga: Pemkab Lebak targetkan upacara Seba Badui dihadiri 1,5 juta wisatawan
 
Begitu juga Anita (25) perajin kain tenun Badui mengatakan dirinya kali pertama mengikuti pameran Seba Badui,namun standnya banyak dikunjungi.
 
Mereka pengunjungnya itu terdapat pejabat daerah membeli kain tenun Badui.
 
"Kami hari pertama mengikuti pameran sudah 40 kain terjual dan omzet cukup lumayan,"katanya menjelaskan.
 
Sementara itu, Sutisna, seorang petugas Penyuluh Perindustrian Muda pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak mengatakan produksi kain tenun tradisional masyarakat Badui dilakukan oleh kaum perempuan dan mereka mengerjakan di balai - balai rumah sambil menunggu suaminya datang dari ladang.
 
Mereka kaum perempuan memproduksi kerajinan tenun tradisional untuk membantu pendapatan ekonomi keluarga.
 
Saat ini, kata dia, jumlah perajin kain tenun Badui mencapai 600 orang dan proses produksi dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat sederhana serta tidak ada sentuhan teknologi modern dalam pengerjaannya.
 
"Semua perajin penenun itu wajib dimiliki ketrampilan oleh kaum perempuan Badui,"katanya menjelaskan.

Baca juga: Warga Badui siap gelar tradisi Seba bersama bupati dan gubernur

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Lukman Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024