Ekspedisi Perubahan oleh Ubah Bareng bergerak di sejumlah titik di Provinsi Banten mulai dari Desa Turus Patria, Kabupaten Pandeglang, Senin (8/1), dan Bumi Tirtayasa, Kabupaten Serang, Selasa dengan tujuan untuk mendengar keresahan warga.

Di Desa Turus Patria, Ubah Bareng berkolaborasi dengan Sekolah Cita-cita. Rombongan Ekspedisi Perubahan langsung dapat curhatan warga. Hal tersebut diakui Founder Sekolah Cita-cita sekaligus warga asli desa Turus, Ade Miftah Lutfan.

“Warga di Desa Turus Patria ini punya keluhan terkait beberapa hal. Yang paling utama adalah soal infrastruktur jalan. Sebab akibat akses jalan menuju desa kami rusak, ini menyebabkan semua hal yang ada di daerah kami terasa tertinggal. Baik itu soal pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Besar harapan kami ada perubahan di sini,” ujar Miftah dalam keterangan yang diterima media.

Baca juga: Bawaslu Kota Serang temukan pelanggaran pemasangan baliho capres-cawapres

Lain halnya ketika rombongan Ekspedisi Perubahan tiba di Bumi Tirtayasa, Kabupaten Serang. Salah seorang warga, Faiz Wahyudi, mengeluhkan ketidakselarasan antara program pemerintah dengan kebutuhan warga.

“Kalau keresahan warga di sini itu terkait adanya ketidakseimbangan, antara keinginan warga dengan keinginan pemerintah. Contohnya saja begini, pemerintah ingin memajukan pertanian dengan mengandalkan penggunaan mesin yang lebih efisien. Namun di sisi kami, warga, itu justru merugikan,” ujar Faiz.

Peserta Ekspedisi Perubahan, Mikail Baswedan, mengaku pihaknya berusaha mencatat dan menyerap semua keluhan tersebut. Agar kemudian, diharapkan bisa mendapat perhatian dari pihak terkait. Selain itu, langkah ini juga dimaksudkan untuk menjadi awal terjadinya perubahan, khususnya di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.

Baca juga: Pengamat: Prabowo tak bisa sembarangan buka data Kemhan ke publik

“Alhamdulillah, Ekspedisi Perubahan di Desa Turus Patria dan di Bumi Tirtayasa, berjalan lancar. Dan setelah seharian bersama warga di sana, mendengar keluh kesah mereka, duduk bersama mereka, kami menyadari bahwa perubahan harus benar-benar dirasakan oleh setiap warga negara, baik di perkotaan, hingga di setiap desa-desa,” kata Mikail.

Mikail mengaku sedih melihat adanya ketimpangan yang terjadi di kedua wilayah tersebut. Hal ini yang menurutnya menyebabkan akses pemerataan keadilan sulit tercapai.

“Karena yang kami dengar langsung dari warga, bahwa permasalahan-permasalahan ini benar nyata terjadi. Mulai dari akses jalanan desa yang rusak, hingga kebijakan di berbagai sektor, yang tidak memperhatikan kebutuhan warga. Maka setelah melihat langsung selama dua hari ini, kami merasa, pemerataan pembangunan yang berasaskan keadilan, merupakan hal yang benar-benar tidak boleh dikesampingkan,” tutup Mikail.

Baca juga: Polres Serang tangkap komplotan perampok bersenjata api

Pewarta: Mulyana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024