Serpong (Antara News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki inovasi dibidang pangan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani serta siap dikerjasamakan dengan pemerintah daerah sebagai upaya mewujudkan swasembada pertanian.
"Kami memiliki teknologi pertanian yang membuat produksi lebih maksimal, dengan biaya jauh lebih ekonomis," kata Deputi BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Gatot Dwianto di Puspiptek Serpong, Kota Tangerang Selatan, Rabu (12/4).
Dia mencontohkan BPPT memiliki benih jagung yang sudah dapat dipanen dalam waktu 85 hari saja, sedangkan benih jagung umumnya yang ada di Indonesia rata-rata baru dapat dipanen setelah 100 hari, tentunya hal ini menguntungkan petani karena dalam setahun bisa empat kali panen, sedangkan benih jagung biasa hanya tiga kali.
Tidak itu saja kami juga memberikan solusi pupuk satu kali pemakaian untuk sekali panen sehingga mengurangi biaya produksi bagi petani, kedepan dengan teknologi ini dapat mengatasi kelangkaan pupuk, kata Gatot saat itu usai penandatangan kerja sama pengembangan Tecnopark dengan Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
Produksi pupuk teknologi BPPT ini sudah diproduksi dalam skala terbatas dengan Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan, namun ke depannya juga akan dikerjasamakan dengan PT Pupuk Kaltim untuk memenuhi kebutuhan pupuk secara nasional.
Disamping itu, jelas Gatot, BPPT memiliki teknologi penyimpanan dan penangkaran benih kentang, kalau dengan metoda biasanya hanya bisa bertahan 1 bulan, maka dengan teknologi terkini yang telah dikembangkan benih kentang itu dapat disimpan selama 4 bulan.
BPPT juga memiliki benih ikan nila yang dapat diternakan di air asin sehingga dapat dimanfaatkan di daerah tambak, salah satu daerah yang sudah berhasil mengembangkan adalah Pemkab Bantaeng.
BPPT juga memberikan solusi biopestisida yang lebih efektif untuk memberantas hama dan penyakit namun lebih aman bagi manusia, teknologi ini siap untuk diperkenalkan kepada petani, jelas Gatot.
Gatot mengatakan, berbagai solusi teknologi BPPT ini seharusnya dapat dimanfaatkan Pemerintah Daerah untuk kepentingan masyarakat untuk itulah pihaknya kemudian mengembangkan program Tecnopark dengan tujuan teknologi yang ada di BPPT ini dapat dimanfaatkan bagi masyarakat.
Terdapat sembilan Tecnopark yang sudah dikembangkan serta dikerjasamakan dengan pemerintah darah meliputi Kabupaten Bantaeng, Kota Cimahi, Kabupaten Pelalawan, Kota Pekalongan, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Penajam, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Nganjuk.
Menurut Gatot teknologi yang dikembangkan di sembilan daerah tersebut tidaklah seragam sangat bergantung kepada potensi daerah yang sudah dimiliki, biasanya setelah dilakukan survei barulah Pemda kami ajak untuk berkerja sama untuk pengembangan lebih lanjut.
Gatot mengatakan salah satu program yang dinilai berhasil adalah di Kabupaten Bantaeng yang saat ini dikenal sebagai daerah penangkar benih terbaik di Indonesia, namun untuk mencapai ke arah tersebut tidaklah mudah membutuhkan waktu delapan tahun agar berhasil seperti sekarang ini.
Program ini dapat berhasil apabila bersama-sama dengan pemerintah daerah mengawal pelaksanaannya agar dapat terus berjalan di masyarakat, jelas Gatot.
Lebih jauh Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Arief Arianto Hidayat mengatakan, agar teknologi BPPT ini dapat masuk dalam skala ekonomi harus melibatkan kalangan usaha, perguruan tinggi, serta pemerintah daerah.
Arief mengatakan, agar transfer teknologi dapat mudah dilaksanakan maka terlebih dahulu dibentuk kelembagaan, sejumlah daerah sudah ada yang berhasil menerapkan dengan cara tersebut.
"Kecepatan inovasi tersebut dapat diterima di masyarakat serta memberikan hasil sangat bergantung kepada kepemimpinan di daerah," jelas dia.
Lebih jauh Bupati Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan, Nurdin Abdulah mengatakan, untuk mengubah masyarakat agar melek teknologi bukanlah perkara mudah, pihaknya membutuhk waktu delapan tahun hanya untuk mengubah pola pikir masyarakatnya agar memiliki jiwa tecnopreneur.
Nurdin mengatakan, awalnya masyarakat di daerahnya hanya mengandalkan lahan tadah hujan sehingga dalam setahun hanya bisa panen satu kali saja, namun melalui kerja sama dengan BPPT dalam setahun masyarakat bisa panen sampai tiga kali.
BPPT selain memberikan solusi perbenihan yang mampu dipanen lebih cepat, tahan penyakit, serta mampu bertahan dalam kondisi cuaca ektrim, juga memiliki teknologi pupuk yang mampu menyuburkan tanaman di lahan marjinal sekalipun, jelas Nurdin.
Nurdin mengatakan, paling penting dalam membangun ekonomi suatu daerah bukanlah mengandalkan kepada potensi daerahnya, namun bagaimana membangun sumber daya manusianya agar dapat beralih memanfaatkan teknologi pertanian.
"Tidak mudah mengubah masyarakat terutama kalangan muda yang semula hanya suka duduk berpangku tangan, menjadi lebih aktif untuk mengelola lahan yang tersedia agar memberikan manfaat, kalau kami dari Pemda tidak membuka pemikiran mereka," jelas Nurdin.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017