Dengan adanya dukungan dari sejumlah pihak termasuk pusat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang optimistis mampu untuk mengatasi atau menanggulangi ancaman kekeringan dari dampak fenomena El Nino yang di prediksi terjadi Agustus-September 2023.
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, El Nino dapat memicu kekeringan untuk wilayah Indonesia.
Untuk menghadapi atau mengantisipasi fenomena itu, Bupati Pandeglang Irna Narulita mengajak petani di daerahnya untuk melakukan gerakan percepatan tanam guna memenuhi ketersediaan pangan menghadapi iklim tersebut.
"Kita mengapresiasi petani di Cimanuk dengan areal persawahan baku seluas 1.450 hektare sudah dilakukan gerakan percepatan tanam," kata Irna saat dikonfirmasi, Rabu (19/7).
Baca juga: Gerakan percepatan tanam antisipasi dampak El Nino
Percepatan gerakan tanam merupakan salah satu solusi untuk memenuhi ketersediaan pangan guna menghadapi musim kemarau. Menurutnya, lahan areal persawahan di wilayahnya seluas 54 ribu hektare, sehingga targetnya adalah petani bisa tanam setahun tiga kali musim dalam setahun.
Pemerintah daerah, provinsi dan pusat memberikan bantuan untuk pembangunan irigasi serta embung untuk memenuhi ketersediaan pasokan air.
Bukan hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan alat peralatan pertanian (alsintan) dan sarana produksi (saprodi) guna mendukung swasembada pangan.
Selama ini, kata Irna, Pandeglang mampu mempertahankan daerah lumbung pangan terbesar hingga menyumbangkan untuk Banten 34 persen dan nasional 1,5 persen serta produktivitas pangan dari hasil panen rata-rata 6,2 ton gabah kering basah (GKB) per hektare.
"Kami sebagai kepala daerah tentu memiliki tanggung jawab untuk memenuhi ketersediaan pangan masyarakat," kata Irna menambahkan.
Gerakan percepatan tanam dinilai sangat tepat karena bisa menjadi antisipasi musim kekeringan. Pasalnya, dalam kurun waktu Juli hingga September petani bisa bertanam di lahan 8 sampai 13 ribu hektare tiap bulannya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang Nasir di Pandeglang menyatakan, produksi pangan daerahnya masuk peringkat ke delapan secara nasional sehingga pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas gabah secara profesional.
"Kita selama ini surplus, namun sekitar 90 persen gabah hasil panen dipasok ke luar daerah," katanya.
Daerah tersebut memberikan kontribusi pangan untuk Banten 34 persen lebih juga untuk nasional, sehingga menempatkan Banten berada di posisi delapan secara nasional dan surplus. Namun, kata dia, produksi panen gabah sekitar 90 persen dipasok keluar daerah, seperti ke Kerawang dan Cirebon.
Baca juga: Produksi pangan Pandeglang peringkat delapan secara nasional
Solusi
Agar produksi panen gabah memiliki nilai tambah untuk pendapatan ekonomi daerah dan petani, pemerintah daerah akan melakukan pengolahan beras secara profesional dan tidak lagi memasok gabah keluar. Sehingga pemerintah tersebut akan segera membangun pusat beras di Banten Selatan.
Pembangunan pusat beras sebagai solusi agar harkat martabat dalam mengelola potensi gabah bisa selesai dan nama beras Banten untuk negara yang bisa memenuhi kebutuhan rakyat Banten dan Jakarta.
Produksi pangan di Kabupaten Pandeglang menjadi andalan di Provinsi Banten dengan luas sawah baku 52.640 hektare. Bahkan, total panen sampai Juni 2023 seluas 84.452 hektare.
Sedangkan, produksi pangan dari Januari hingga Juni 2023 dengan provitas 6.2 ton gabah kering basah (GKB) per hektare yakni 522.602 ton. Realisasi tanam sampai Juni 2023 mencapai 69.106 hektare dengan sasaran tanam seluas 160.23.
"Kami menargetkan produksi pangan tahun 2023 sebanyak 943.599 ton gabah," pungkas Nasir.
Baca juga: Kelompok tani Cigunung Pandeglang lakukan gerakan tanam padi
Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan penguatan enam Provinsi yang akan menjadi penyangga dalam sektor ketahanan pangan, khususnya beras. Diantaranya adalah Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya di Banten, Selasa (18/7), menjelaskan selain enam provinsi yang akan menjadi penyangga dalam mengantisipasi El Nino, juga disiapkan tiga Provinsi sebagai pendukung.
"Banten memiliki tren perkembangan dalam waktu tiga tahun akselerasi pertanian yang cukup baik, selama itu juga bantalan ekonomi Indonesia oleh pertanian. Salah satu provinsinya adalah Banten,” katanya.
Baca juga: Kabar gembira, Mentan sebut Pandeglang bisa jadi penyangga pangan nasional
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, El Nino dapat memicu kekeringan untuk wilayah Indonesia.
Untuk menghadapi atau mengantisipasi fenomena itu, Bupati Pandeglang Irna Narulita mengajak petani di daerahnya untuk melakukan gerakan percepatan tanam guna memenuhi ketersediaan pangan menghadapi iklim tersebut.
"Kita mengapresiasi petani di Cimanuk dengan areal persawahan baku seluas 1.450 hektare sudah dilakukan gerakan percepatan tanam," kata Irna saat dikonfirmasi, Rabu (19/7).
Baca juga: Gerakan percepatan tanam antisipasi dampak El Nino
Percepatan gerakan tanam merupakan salah satu solusi untuk memenuhi ketersediaan pangan guna menghadapi musim kemarau. Menurutnya, lahan areal persawahan di wilayahnya seluas 54 ribu hektare, sehingga targetnya adalah petani bisa tanam setahun tiga kali musim dalam setahun.
Pemerintah daerah, provinsi dan pusat memberikan bantuan untuk pembangunan irigasi serta embung untuk memenuhi ketersediaan pasokan air.
Bukan hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan alat peralatan pertanian (alsintan) dan sarana produksi (saprodi) guna mendukung swasembada pangan.
Selama ini, kata Irna, Pandeglang mampu mempertahankan daerah lumbung pangan terbesar hingga menyumbangkan untuk Banten 34 persen dan nasional 1,5 persen serta produktivitas pangan dari hasil panen rata-rata 6,2 ton gabah kering basah (GKB) per hektare.
"Kami sebagai kepala daerah tentu memiliki tanggung jawab untuk memenuhi ketersediaan pangan masyarakat," kata Irna menambahkan.
Gerakan percepatan tanam dinilai sangat tepat karena bisa menjadi antisipasi musim kekeringan. Pasalnya, dalam kurun waktu Juli hingga September petani bisa bertanam di lahan 8 sampai 13 ribu hektare tiap bulannya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang Nasir di Pandeglang menyatakan, produksi pangan daerahnya masuk peringkat ke delapan secara nasional sehingga pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas gabah secara profesional.
"Kita selama ini surplus, namun sekitar 90 persen gabah hasil panen dipasok ke luar daerah," katanya.
Daerah tersebut memberikan kontribusi pangan untuk Banten 34 persen lebih juga untuk nasional, sehingga menempatkan Banten berada di posisi delapan secara nasional dan surplus. Namun, kata dia, produksi panen gabah sekitar 90 persen dipasok keluar daerah, seperti ke Kerawang dan Cirebon.
Baca juga: Produksi pangan Pandeglang peringkat delapan secara nasional
Solusi
Agar produksi panen gabah memiliki nilai tambah untuk pendapatan ekonomi daerah dan petani, pemerintah daerah akan melakukan pengolahan beras secara profesional dan tidak lagi memasok gabah keluar. Sehingga pemerintah tersebut akan segera membangun pusat beras di Banten Selatan.
Pembangunan pusat beras sebagai solusi agar harkat martabat dalam mengelola potensi gabah bisa selesai dan nama beras Banten untuk negara yang bisa memenuhi kebutuhan rakyat Banten dan Jakarta.
Produksi pangan di Kabupaten Pandeglang menjadi andalan di Provinsi Banten dengan luas sawah baku 52.640 hektare. Bahkan, total panen sampai Juni 2023 seluas 84.452 hektare.
Sedangkan, produksi pangan dari Januari hingga Juni 2023 dengan provitas 6.2 ton gabah kering basah (GKB) per hektare yakni 522.602 ton. Realisasi tanam sampai Juni 2023 mencapai 69.106 hektare dengan sasaran tanam seluas 160.23.
"Kami menargetkan produksi pangan tahun 2023 sebanyak 943.599 ton gabah," pungkas Nasir.
Baca juga: Kelompok tani Cigunung Pandeglang lakukan gerakan tanam padi
Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan penguatan enam Provinsi yang akan menjadi penyangga dalam sektor ketahanan pangan, khususnya beras. Diantaranya adalah Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya di Banten, Selasa (18/7), menjelaskan selain enam provinsi yang akan menjadi penyangga dalam mengantisipasi El Nino, juga disiapkan tiga Provinsi sebagai pendukung.
"Banten memiliki tren perkembangan dalam waktu tiga tahun akselerasi pertanian yang cukup baik, selama itu juga bantalan ekonomi Indonesia oleh pertanian. Salah satu provinsinya adalah Banten,” katanya.
Baca juga: Kabar gembira, Mentan sebut Pandeglang bisa jadi penyangga pangan nasional
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023