Warga korban pergerakan tanah (soil liquefaction) di Kabupaten Lebak, Banten, rela merobohkan bangunan rumah yang kondisinya rusak berat guna menghindari kecelakaan luka-luka dan korban jiwa.
"Kita lebih baik merobohkan bangunan rumah itu," kata Mahmudi (50) warga Kampung Jampang Cikuning Desa Sidomanik Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, Sabtu.
Bangunan rumah yang dirobohkan itu, karena bagian atap dan tembok dinding terbelah akibat bencana pergerakan tanah pada 2018. Terlebih curah hujan lebat disertai angin kencang dan petir terjadi sore hingga malam hari.
"Kami terpaksa merobohkan bangunan rumah itu dan kembali mendirikan rumah di sampingnya untuk keluarga," katanya menjelaskan.
Baca juga: BPBD Lebak Banten salurkan bahan pangan pokok untuk korban kebakaran
Baca juga: BPBD Lebak Banten salurkan bahan pangan pokok untuk korban kebakaran
Begitu pula warga lainnya, Padma (60). Ia merobohkan bangunan rumah miliknya yang terdampak pergerakan tanah karena sudah tidak layak huni juga bagian atap, dinding tembok dan pintu kondisinya rusak berat.
"Kami bersama keluarga selalu was-was dan khawatir rumahnya roboh, terutama saat hujan lebat," kata Padma.
Padma menyebutkan warga di sini yang menjadi korban pergerakan tanah tercatat 42 rumah dengan 51 kepala keluarga (KK).
Sebelumnya, kata dia, sebanyak 76 KK sudah direlokasi oleh pemerintah setempat ke tempat yang aman dari ancaman bencana alam.
Mereka yang belum direlokasi sebanyak 51 KK sangat mendambakan mengungsi ke tempat yang lebih aman karena kebanyakan rumah yang terdampak pergerakan tanah tersebut kondisinya rusak berat, bahkan ada rumah yang roboh sendiri.
Beruntung, kata dia, kejadian tersebut tidak menimbulkan kecelakaan maupun korban jiwa karena penghuninya menginap di rumah kerabat.
Baca juga: BPBD Lebak lakukan pencarian korban kecelakaan laut
Baca juga: BPBD Lebak lakukan pencarian korban kecelakaan laut
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama mengatakan pemerintah daerah hingga kini terus mengajukan pembangunan rumah hunian tetap bagi yang terdampak bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cimarga dan Cikulur.
Tercatat korban bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cimarga sebanyak 51 KK di Cikulur 48 KK.
Selain itu juga ada korban bencana banjir bandang di Kecamatan Lebak Gedong, Cipanas, Sajira dan Curugbitung pada awal 2020 yang berharap mendapat bantuan hunian tetap untuk 378 keluarga.
"Semua warga korban bencana alam itu ingin direlokasi ke tempat yang lebih aman," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Warga korban pergerakan tanah di Lebak rela robohkan rumah
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023