Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengungkapkan kasus gizi buruk mengalami penurunan melalui program Tatalaksana Gizi Buruk Agar Segera Pulih (Laksa Gurih) menjadi 34 balita pada akhir tahun 2022 dari sebelumnya ada 162 balita yang terdata pada tahun 2017.
Kepala Dinkes Kota Tangerang, dr. Dini Anggraeni di Tangerang, Banten, Selasa mengatakan pelayanan yang dilakukan pada program Laksa Gurih ialah berupa intervensi terhadap kasus gizi buruk yang ditemukan sesuai dengan tatalaksana gizi buruk.
Program ini bekerjasama dengan dokter spesialis anak bagi balita yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Balita gizi buruk juga akan didampingi oleh satu orang kader yang melakukan kunjungan rumah.
Di dalam aplikasi Laksa Gurih, para kader melakukan pencatatan data lengkap setiap balita dan hasil pendampingan para kader menggunakan smartphone.
Baca juga: Gubernur Banten minta masyarakat olah pangan bergizi untuk atasi stunting
Data kependudukan balita tersebut juga sudah terhubung dengan data kependudukan yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Selain itu, terdapat pula peta sebaran kasus gizi buruk serta rekap balita gizi buruk yang ditangani pada Dashboard aplikasi.
“Diharapkan program Laksa Gurih ini dapat terus berjalan dan pelaksanaannya bisa dilakukan secara maksimal. Serta kasus gizi buruk di Kota Tangerang dapat dicegah dan diatasi dengan baik. Sehingga menjadikan Kota Tangerang Kota yang Sehat dan Layak Huni,” katanya.
Tak hanya itu, program ini juga diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting pada balita. Program ini dilakukan dengan deteksi dini melalui Posyandu, Puskesmas, serta kunjungan ke rumah.
Perlu diketahui, prevalensi stunting yang saat ini berada pada angka 11,8 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan status gizi pada balita gizi buruk melalui inovasi Laksa Gurih berjalan dengan cukup baik. Setiap balita dengan gizi buruk yang ditemukan dilakukan tatalaksana sesuai dengan kondisi yang ditemukan. Program ini tersebar di 39 Puskesmas, serta kader pendamping yang tersebar di 13 Kecamatan, 104 Kelurahan dan 1092 Posyandu di Kota Tangerang,” pungkas Dini Anggraeni.
Baca juga: "Lansia sumringah" masuk 99 besar inovasi pelayanan publik nasional
Baca juga: Program SiCeria Tangerang telah edukasi kesehatan 263.307 jiwa
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Kepala Dinkes Kota Tangerang, dr. Dini Anggraeni di Tangerang, Banten, Selasa mengatakan pelayanan yang dilakukan pada program Laksa Gurih ialah berupa intervensi terhadap kasus gizi buruk yang ditemukan sesuai dengan tatalaksana gizi buruk.
Program ini bekerjasama dengan dokter spesialis anak bagi balita yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Balita gizi buruk juga akan didampingi oleh satu orang kader yang melakukan kunjungan rumah.
Di dalam aplikasi Laksa Gurih, para kader melakukan pencatatan data lengkap setiap balita dan hasil pendampingan para kader menggunakan smartphone.
Baca juga: Gubernur Banten minta masyarakat olah pangan bergizi untuk atasi stunting
Data kependudukan balita tersebut juga sudah terhubung dengan data kependudukan yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Selain itu, terdapat pula peta sebaran kasus gizi buruk serta rekap balita gizi buruk yang ditangani pada Dashboard aplikasi.
“Diharapkan program Laksa Gurih ini dapat terus berjalan dan pelaksanaannya bisa dilakukan secara maksimal. Serta kasus gizi buruk di Kota Tangerang dapat dicegah dan diatasi dengan baik. Sehingga menjadikan Kota Tangerang Kota yang Sehat dan Layak Huni,” katanya.
Tak hanya itu, program ini juga diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting pada balita. Program ini dilakukan dengan deteksi dini melalui Posyandu, Puskesmas, serta kunjungan ke rumah.
Perlu diketahui, prevalensi stunting yang saat ini berada pada angka 11,8 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan status gizi pada balita gizi buruk melalui inovasi Laksa Gurih berjalan dengan cukup baik. Setiap balita dengan gizi buruk yang ditemukan dilakukan tatalaksana sesuai dengan kondisi yang ditemukan. Program ini tersebar di 39 Puskesmas, serta kader pendamping yang tersebar di 13 Kecamatan, 104 Kelurahan dan 1092 Posyandu di Kota Tangerang,” pungkas Dini Anggraeni.
Baca juga: "Lansia sumringah" masuk 99 besar inovasi pelayanan publik nasional
Baca juga: Program SiCeria Tangerang telah edukasi kesehatan 263.307 jiwa
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023