Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) memperketat masuknya pengiriman hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba, dari daerah Gunung Kidul yang merupakan wilayah terjangkit antraks.
"Dengan adanya kasus di Gunung Kidul, kami menutup pengiriman hewan dari daerah Gunung Kidul agar tidak menyebar hingga Kota Tangerang," kata Kepala Bidang Pertanian DKP Kota Tangerang, drh. Ibnu Ariefyanto, di Tangerang Jumat.
Beberapa waktu lalu di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat kasus antraks dan menjangkit 87 warga, satu diantaranya meninggal dunia.
Ibnu Ariefyanto mengatakan hingga kini kasus antraks di Kota Tangerang tidak ditemukan, apalagi kota itu bukan bukan wilayah yang memiliki banyak peternak. Namun, pembatasan hewan yang masuk harus dilakukan guna mengantisipasi penyebaran antraks.
Baca juga: Dampak Antraks, Dinkes Gunungkidul usulkan penetapan KLB
"Di Kota Tangerang sendiri kasus antraks nol dan belum pernah ditemukan. Saat idul Adha lalu, kebanyakan hewan kurban yang ada di Kota Tangerang didatangkan dari Bima dan Alhamdulillah bebas dari antraks. Saat ini di Kota Tangerang sendiri ada sekitar 40 peternak," katanya menambahkan.
Ia melanjutkan virus antraks bersifat zoonosis atau dapat menular kepada manusia. Penularan dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan, apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.
Hewan yang terpapar antraks, lanjutnya, tidak boleh dikonsumsi. Solusinya, hewan yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar.
"Tidak boleh ada proses penyembelihan karena darah hewan yang terpapar antraks itu sangat kuat dan dapat bertahan 50 hingga 75 tahun," katanya menegaskan.
Diharapkan masyarakat untuk tidak panik karena daging sapi yang dijual di Kota Tangerang rata-rata adalah sapi impor dan bukan dari wilayah yang terjangkit antraks.
Bagi para peternak, apabila menemukan hewan ternak mereka yang mati mendadak dan mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut, dan anus, dapat segera menghubungi DKP Kota Tangerang untuk melakukan pengecekan lab dan bantuan untuk pemusnahan hewan.
"Jika ditemukan hewan yang sakit dan mati secara mendadak dapat menghubungi kami untuk dicek melalui lab apakah hewan tersebut terjangkit antraks. Selain itu, jangan lupa isolasi hewan yang sakit atau pisahkan tempatnya dari hewan yang masih sehat untuk antisipasi penularan ke hewan yang lain," pungkas Ibnu Ariefyanto.
Baca juga: Cegah terjangkit antraks, Pemkab Lebak optimalkan pemeriksaan kesehatan hewan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
"Dengan adanya kasus di Gunung Kidul, kami menutup pengiriman hewan dari daerah Gunung Kidul agar tidak menyebar hingga Kota Tangerang," kata Kepala Bidang Pertanian DKP Kota Tangerang, drh. Ibnu Ariefyanto, di Tangerang Jumat.
Beberapa waktu lalu di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat kasus antraks dan menjangkit 87 warga, satu diantaranya meninggal dunia.
Ibnu Ariefyanto mengatakan hingga kini kasus antraks di Kota Tangerang tidak ditemukan, apalagi kota itu bukan bukan wilayah yang memiliki banyak peternak. Namun, pembatasan hewan yang masuk harus dilakukan guna mengantisipasi penyebaran antraks.
Baca juga: Dampak Antraks, Dinkes Gunungkidul usulkan penetapan KLB
"Di Kota Tangerang sendiri kasus antraks nol dan belum pernah ditemukan. Saat idul Adha lalu, kebanyakan hewan kurban yang ada di Kota Tangerang didatangkan dari Bima dan Alhamdulillah bebas dari antraks. Saat ini di Kota Tangerang sendiri ada sekitar 40 peternak," katanya menambahkan.
Ia melanjutkan virus antraks bersifat zoonosis atau dapat menular kepada manusia. Penularan dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan, apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.
Hewan yang terpapar antraks, lanjutnya, tidak boleh dikonsumsi. Solusinya, hewan yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar.
"Tidak boleh ada proses penyembelihan karena darah hewan yang terpapar antraks itu sangat kuat dan dapat bertahan 50 hingga 75 tahun," katanya menegaskan.
Diharapkan masyarakat untuk tidak panik karena daging sapi yang dijual di Kota Tangerang rata-rata adalah sapi impor dan bukan dari wilayah yang terjangkit antraks.
Bagi para peternak, apabila menemukan hewan ternak mereka yang mati mendadak dan mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut, dan anus, dapat segera menghubungi DKP Kota Tangerang untuk melakukan pengecekan lab dan bantuan untuk pemusnahan hewan.
"Jika ditemukan hewan yang sakit dan mati secara mendadak dapat menghubungi kami untuk dicek melalui lab apakah hewan tersebut terjangkit antraks. Selain itu, jangan lupa isolasi hewan yang sakit atau pisahkan tempatnya dari hewan yang masih sehat untuk antisipasi penularan ke hewan yang lain," pungkas Ibnu Ariefyanto.
Baca juga: Cegah terjangkit antraks, Pemkab Lebak optimalkan pemeriksaan kesehatan hewan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023