Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang, Banten. kini memitigasi pencegahan risiko penularan virus Flu Burung Clade Baru sebelum menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang ditularkan dari unggas di daerahnya itu.
"Sejauh ini kami sudah menyiapkan beberapa langkah mitigasi dalam pencegahan masuknya kasus flu burung varian baru di Kabupaten Tangerang," kata Kepala DPKP Kabupaten Tangerang, Asep Jatnika kepada ANTARA di Tangerang, Kamis.
Baca juga: Tiga orang meninggal tersengat listrik saat banjir di Kabupaten Tangerang
Ia menyebutkan, dalam mitigasi yang dilakukan di antaranya melakukan koordinasi dengan instansi terkait kewaspadaan peningkatan kasus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang bersifat zoonosis.
Kemudian, pihaknya akan kembali mengaktifkan Partisipatory Disease Surveilans dan Respon (PDSR) dengan melakukan surveilans dan merespons apabila ada laporan dan ditemukan kasus yang mengarah kepada Avian Influenza tersebut.
"Kami melakukan pembinaan kepada pemilik/peternak unggas terhadap kewaspadaan dan pelaporan jika ditemukan tanda klinis yang mengarah kepada Avian Influenza yaitu penurunan produksi dan kematian mendadak," katanya.
Selanjutnya, kata dia, DPKP Kabupaten Tangerang akan mengawasi lalu lintas ternak dan melaporkan ke sistem informasi kesehatan hewan Indonesia yang mutakhir/i-Sikhnas terhadap tanda klinis yang mengarah kepada Avian Influenza.
"Merespon laporan/informasi dugaan Avian Influenza dan berkoordinansi dengan Balai Veteriner Subang untuk pengambilan sampel," ujar dia.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner DPKP Kabupaten Tangerang Joko Ismadi menambahkan bahwa sejauh ini di Kabupaten Tangerang sendiri belum ditemukan adanya kasus jenis Avian influenza yang menjangkit unggas.
Namun, lanjut dia, pihaknya sudah melakukan surveilans terhadap beberapa hewan unggas yang diduga suspek terjangkit flu burung.
"Kemarin kita sudah mengambil contoh untuk menentukan apakah unggas itu terjangkit varian baru atau lama. Dan itu pun ada satu ekor, jadi kita pantau terus perkembangannya," katanya.
Ia menjelaskan, penyakit jenis Avian influenza (AI) merupakan varian akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7.
Menurutnya, semua jenis unggas dapat terserang virus influenza A tersebut dengan bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100 persen.
"Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dari unggas terinfeksi dan unggas peka melalui saluran pernapasan, konjungtiva, lendir dan feses, atau secara tidak langsung melalui debu, pakan, air minum, petugas, peralatan kandang, sepatu, baju dan kendaraan yang terkontaminasi virus AI serta unggas hidup yang terinfeksi," ujar dia.
Sebelumnya, munculnya dua kasus kematian akibat flu burung varian baru yakni Clade Baru 2.3.4.4b virus influenza A atau H5N1 di Kamboja kembali membuat sejumlah negara termasuk Indonesia menerapkan kewaspadaan.
Dari kasus flu burung sebelumnya sempat muncul di Indonesia pada 2005, dan saat itu kasus H5N1 ditemukan di Jakarta dengan lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Tanah Air.
Kemudian, pada 2006 tercatat ada 55 kasus dengan angka kematian yang tinggi mencapai 45 kasus.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
"Sejauh ini kami sudah menyiapkan beberapa langkah mitigasi dalam pencegahan masuknya kasus flu burung varian baru di Kabupaten Tangerang," kata Kepala DPKP Kabupaten Tangerang, Asep Jatnika kepada ANTARA di Tangerang, Kamis.
Baca juga: Tiga orang meninggal tersengat listrik saat banjir di Kabupaten Tangerang
Ia menyebutkan, dalam mitigasi yang dilakukan di antaranya melakukan koordinasi dengan instansi terkait kewaspadaan peningkatan kasus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang bersifat zoonosis.
Kemudian, pihaknya akan kembali mengaktifkan Partisipatory Disease Surveilans dan Respon (PDSR) dengan melakukan surveilans dan merespons apabila ada laporan dan ditemukan kasus yang mengarah kepada Avian Influenza tersebut.
"Kami melakukan pembinaan kepada pemilik/peternak unggas terhadap kewaspadaan dan pelaporan jika ditemukan tanda klinis yang mengarah kepada Avian Influenza yaitu penurunan produksi dan kematian mendadak," katanya.
Selanjutnya, kata dia, DPKP Kabupaten Tangerang akan mengawasi lalu lintas ternak dan melaporkan ke sistem informasi kesehatan hewan Indonesia yang mutakhir/i-Sikhnas terhadap tanda klinis yang mengarah kepada Avian Influenza.
"Merespon laporan/informasi dugaan Avian Influenza dan berkoordinansi dengan Balai Veteriner Subang untuk pengambilan sampel," ujar dia.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner DPKP Kabupaten Tangerang Joko Ismadi menambahkan bahwa sejauh ini di Kabupaten Tangerang sendiri belum ditemukan adanya kasus jenis Avian influenza yang menjangkit unggas.
Namun, lanjut dia, pihaknya sudah melakukan surveilans terhadap beberapa hewan unggas yang diduga suspek terjangkit flu burung.
"Kemarin kita sudah mengambil contoh untuk menentukan apakah unggas itu terjangkit varian baru atau lama. Dan itu pun ada satu ekor, jadi kita pantau terus perkembangannya," katanya.
Ia menjelaskan, penyakit jenis Avian influenza (AI) merupakan varian akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7.
Menurutnya, semua jenis unggas dapat terserang virus influenza A tersebut dengan bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100 persen.
"Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dari unggas terinfeksi dan unggas peka melalui saluran pernapasan, konjungtiva, lendir dan feses, atau secara tidak langsung melalui debu, pakan, air minum, petugas, peralatan kandang, sepatu, baju dan kendaraan yang terkontaminasi virus AI serta unggas hidup yang terinfeksi," ujar dia.
Sebelumnya, munculnya dua kasus kematian akibat flu burung varian baru yakni Clade Baru 2.3.4.4b virus influenza A atau H5N1 di Kamboja kembali membuat sejumlah negara termasuk Indonesia menerapkan kewaspadaan.
Dari kasus flu burung sebelumnya sempat muncul di Indonesia pada 2005, dan saat itu kasus H5N1 ditemukan di Jakarta dengan lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Tanah Air.
Kemudian, pada 2006 tercatat ada 55 kasus dengan angka kematian yang tinggi mencapai 45 kasus.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023