PT Bungasari Flour Mills Indonesia (Bungasari) meluncurkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap untuk pabrik tepung terigu di Medan, Sumatera Utara.

"PLTS atap berkapasitas 2,4 MW (saat beban puncak) ini merupakan terbesar di Sumatera Utara dan terbesar untuk kategori pabrik terigu," kata Presiden Direktur PT Bungasari Flour Mills Indonesia Budianto Wijaya dalam keterangan tertulis, Rabu.

Baca juga: Bungasari buktikan konsumen masih loyal di pameran makanan

Pada kesempatan yang sama juga diresmikan dua proyek yang lain dalam rangkaian "Bungasari Hijau untuk Negeri", yakni instalasi Absorption Chilller yang merupakan proyek Waste Heat Conversion serta proses Sertifikasi Industri Hijau yang berorientasi ramah lingkungan, di pabrik Bungasari di Cilegon, Banten.

Investasi di pabrik Bungasari di Cilegon dan Medan ini merupakan bagian dari upaya untuk mencegah pemanasan global yang mengancam lingkungan.

"Bungasari mendukung upaya pemerintah menuju pencapaian target nol emisi pada 2060 dengan mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber pasokan energi. Salah satu langkah Bungasari dalam pemanfaatan EBT ini adalah penggunaan PLTS Atap Bungasari Medan. Sudah saatnya kita, para pelaku industri pangan di Tanah Air, memulai melakukan transisi menuju energi hijau guna mengurangi efek global warming yang menggancam ketahanan pangan," ujar Budianto.

"Sementara untuk pabrik di Cilegon, Banten, Bungasari memiliki sejumlah proyek industri ramah lingkungan melalui program Waste Heat Conversion dan proses Sertifikasi Industri Hijau yang merupakan program dari Kementerian Perindustrian yang mengarahkan perusahaan agar lebih efisien dalam menggunakan sumber daya alam, bahan baku, energi, dan air," kata Budianto menambahkan.

Turut hadir dalam rangkaian acara peresmian dan peluncuran "Bungasari Hijau Untuk Negeri" pada PLTS Atap Bungasari Medan ini, Presiden Direktur PT Bungasari Flour Mills Indonesia Budianto Wijaya, Presiden Komisaris PT Bungasari Flour Mills Indonesia Grant Lutz, Owner dan Founder FKS Group Edy Kusuma , Managing Director Malayan Flour Mills Teh Wee Chye,  Director Toyota Tsusho Shigeharu Kato, Wakil Bupati Deli Serdang HM Ali Yusuf Siregar, dan Kepala Bidang ESDM Sumut Neftiana Awalia Sitepu. Peresmian dan peluncuran ditandai dengan penekanan tombol digital secara serempak pada Selasa (22/11) pagi di pabrik Bungasari di Kawasan Industri Medan 4, Medan, Sumut.

Upaya Bungasari yang berorientasikan industri hijau di Medan ini bermula dengan menggandeng PT Xurya Daya Indonesia --sebuah startup nasional penyedia jasa pembangunan PLTS atap--, guna mengoptimalkan program ramah lingkungan, dengan memanfaatkan energi terbarukan.

Dengan beroperasinya proyek PLTS atap ini, Bungasari akan memproduksi sendiri energi listrik untuk kebutuhan pabriknya di Medan, dengan sumber tenaga surya sebesar 2.940.819 kilowatt-hour (kWh) per tahun atau setara dengan penghematan pengeluaran hingga Rp3 milyar per tahun.

Produksi energi listrik bersih tersebut juga setara dengan pengurangan karbon dioksida sejumlah 68.668.113 kg atau konsumsi listrik untuk 46.969 rumah atau green house gas (22.261.996 liter).

Selain itu, dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, Bungasari juga melakukan penghematan yang sebanding dengan penghematan emisi atas 14.704 kendaraan roda empat. Kemudian mendorong ekonomi hijau dengan perbandingan penanaman pohon sejumlah 881.414 pohon.

Di lain sisi, PLTS Atap Bungasari Medan memperkuat transisi menuju energi berkelanjutan, yang merupakan satu di antara tiga isu prioritas dari Presidensi Indonesia pada G20. Penggunaan energi terbarukan ini diharapkan akan mengatasi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas serta menopang industri pangan Indonesia yang berorientasikan industri hijau.

Selain menjalankan program EBT, Bungasari juga melakukan pemanfaatan energi gas buang yang bersumber dari gas engine di pabrik Cilegon. Proyek ini akan memberikan manfaat penghematan energi listrik sejumlah 824.000 kWh per tahun atau kira-kira setara dengan jejak karbon (carbon foot-print) sejumlah 570 ton karbon dioksida per tahun.

"Bagi kami, program-program ini semakin mengukuhkan komitmennya terhadap pembangunan masa depan hijau dan berperspektif iklim. Di sisi lain, melalui pemanfaatan gas buang selama setahun, kami dapat menghemat mencapai Rp3,15 milyar," tutup Budianto.

Pewarta: Sambas

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022