Bantuan kegiatan konservasi lahan dari program Flood Management in Selected River Basins (FMSRB) kepada kelompok Tani di Kabupaten Pandeglang dinilai memberikan pengetahuan dan Pendidikan kepada kelompok tani tentang konservasi lahan dan air pegunungan.
Pelaksanaan kegiatan konservasi lahan berupa pembuatan terasering lahan dan penanaman bibit tanaman keras disambut antusias anggota kelompok tani. Seperti yang dirasakan kelompok Tani Curug, kelurahan Cilaja, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang.
Baca juga: Undang Investor Datang, RDTR Kawasan Industri Bojong Dalam Proses Penyusunan
Ketua kelompok tani Curug, Juhaedi saat ditemui di lahan konservasi terasering, pada Selasa 22/08 mengatakan, bantuan atau program kegiatan yang diterima berupa kegiatan konservasi lahan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang ini tentu menambah pengetahuan dan wawasan bagi anggota kelompok tani. Juhaedi menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Dinas Pertanian yang telah memberikan bantuan dalam kegiatan tersebut.
“Saya mewakili Kelompok Tani Curug dan masyarakat mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan program yang diberikan. Alhamdulillah kami sangat antusias ingin tau dan paham tentang program konservasi ini untuk dijadikan ilmu dan dipraktikkan, supaya tujuan dari program ini tercapai mengurangi banjir dan bencana alam lainnya,” katanya.
Ia juga menyebut, program FMSRB ini untuk program konservasi lahan atau terasering kelompoknya memilih bibit Alpukat sebagai tanaman konservasinya, lantaran penanaman Alpukat di lahan ini cocok dan sebelumnya sudah ada petani yang sukses dalam menanam buah tersebut.
“Alhamdulilah saya sebagai ketua Poktan Curug dengan adanya program FMSRB terkait terasering kami fokus ke penanaman Alpukat, dengan adanya bantuan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan pertanian khususnya bagi kelompok tani Curug. Terkait dengan penanaman Alpukat mendapat bantuan 1900 bibit yang disebar, yang 100 pohon ini khusus di terasering sebagai percontohan. Alasan di pilih bibit Alpukat ini karena sudah merasakan hasil panennya dari Alpukat,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, konsep terasering ini juga dapat membuat lahan jadi produktif. Karena sebelumnya lahan tersebut tidak terurus. Ia berharap pemerintah dapat terus memperhatikan para petani.
“Konsep terasering dilahan kami sebelumnya tidak terurus sekarang dengan adanya konservasi dari FMSRB alahamdulilah terawat dan produktif. Tadinya lahan tidur sekarang produktif. Saya berharap pemerintah selalu memperhatikan kelompok tani,” tambahnya.
Penyuluh Pertanian Lapangan, Bai Saepudin Mengatakan, Pelaksanaan kegiatan ini sebelumnya dilatih terlebih dulu melalui kegiatan pelatihan terasering lahan program FMSRB sebagai persiapan pembuatan teras di lahan.
“Dalam kegiatan ini mereka diberi pelatihan dari mulai caranya sampai praktek di lapangan” Ujarnya.
Ia mengaku, setelah program kegiatan terasering ini berjalan 1 tahun, progres dari hasil tersebut terlihat baik, hal itu dlihat dari pertumbuhannya, dari cara kelompok tani merawat tanaman Alpukat tersebut. Sehingga diperkirakan 3 sampai 4 tahun alpukat ini bisa berbuah.
“Pada tahun 2021 Kelompok Tani Curug mendapatkan bantuan FMSRB yaitu penanaman pohon Alpukat seluas 19 hektar. dalam 19 hektar itu harus ada namanya demplotnya jadi demplotnya itu 1 hektar yang full dibiayai oleh pemerintah dengan pembuatan teraseringnya, dan saat ini setelah satu tahun kemudian pertumbuhannya bagus, perkiraan 3 sampai 4 tahun ini bisa berbuah,” katanya.
Ditambahkan Bai, Pada awal awal mensosialisasikan program FMSRB, kelompok banyak yang kurang paham tentang terasering, namun setelah mendapat pembinaan dan pelatihan tentang terasering bagaimana mafaat terasering. kelompok akhirnya paham dan bisa melaksanakannya. Ia berharap kelompok tani bisa mengembangkan bantuan tersebut, dan membagikannya ke kelompok yang belum menerima bantuan.
“Setelah dapat bantuan ini hasilnya alhamdulilah, kelompok banyak mendapatkan manfaat dari program FMSRB ini, diantaranya, pembuatan terasering, manfaat terasering. Saya berharap kepada kelompok tani agar bisa mengembangkan bantuan yang telah di dapat bisa dijaga dan dirawat, sehingga bisa menghasilkan, dan manfaat ini bisa dibagikan kepada kelompok yang belum mendapatkan bantuan,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
Pelaksanaan kegiatan konservasi lahan berupa pembuatan terasering lahan dan penanaman bibit tanaman keras disambut antusias anggota kelompok tani. Seperti yang dirasakan kelompok Tani Curug, kelurahan Cilaja, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang.
Baca juga: Undang Investor Datang, RDTR Kawasan Industri Bojong Dalam Proses Penyusunan
Ketua kelompok tani Curug, Juhaedi saat ditemui di lahan konservasi terasering, pada Selasa 22/08 mengatakan, bantuan atau program kegiatan yang diterima berupa kegiatan konservasi lahan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang ini tentu menambah pengetahuan dan wawasan bagi anggota kelompok tani. Juhaedi menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Dinas Pertanian yang telah memberikan bantuan dalam kegiatan tersebut.
“Saya mewakili Kelompok Tani Curug dan masyarakat mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan program yang diberikan. Alhamdulillah kami sangat antusias ingin tau dan paham tentang program konservasi ini untuk dijadikan ilmu dan dipraktikkan, supaya tujuan dari program ini tercapai mengurangi banjir dan bencana alam lainnya,” katanya.
Ia juga menyebut, program FMSRB ini untuk program konservasi lahan atau terasering kelompoknya memilih bibit Alpukat sebagai tanaman konservasinya, lantaran penanaman Alpukat di lahan ini cocok dan sebelumnya sudah ada petani yang sukses dalam menanam buah tersebut.
“Alhamdulilah saya sebagai ketua Poktan Curug dengan adanya program FMSRB terkait terasering kami fokus ke penanaman Alpukat, dengan adanya bantuan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan pertanian khususnya bagi kelompok tani Curug. Terkait dengan penanaman Alpukat mendapat bantuan 1900 bibit yang disebar, yang 100 pohon ini khusus di terasering sebagai percontohan. Alasan di pilih bibit Alpukat ini karena sudah merasakan hasil panennya dari Alpukat,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, konsep terasering ini juga dapat membuat lahan jadi produktif. Karena sebelumnya lahan tersebut tidak terurus. Ia berharap pemerintah dapat terus memperhatikan para petani.
“Konsep terasering dilahan kami sebelumnya tidak terurus sekarang dengan adanya konservasi dari FMSRB alahamdulilah terawat dan produktif. Tadinya lahan tidur sekarang produktif. Saya berharap pemerintah selalu memperhatikan kelompok tani,” tambahnya.
Penyuluh Pertanian Lapangan, Bai Saepudin Mengatakan, Pelaksanaan kegiatan ini sebelumnya dilatih terlebih dulu melalui kegiatan pelatihan terasering lahan program FMSRB sebagai persiapan pembuatan teras di lahan.
“Dalam kegiatan ini mereka diberi pelatihan dari mulai caranya sampai praktek di lapangan” Ujarnya.
Ia mengaku, setelah program kegiatan terasering ini berjalan 1 tahun, progres dari hasil tersebut terlihat baik, hal itu dlihat dari pertumbuhannya, dari cara kelompok tani merawat tanaman Alpukat tersebut. Sehingga diperkirakan 3 sampai 4 tahun alpukat ini bisa berbuah.
“Pada tahun 2021 Kelompok Tani Curug mendapatkan bantuan FMSRB yaitu penanaman pohon Alpukat seluas 19 hektar. dalam 19 hektar itu harus ada namanya demplotnya jadi demplotnya itu 1 hektar yang full dibiayai oleh pemerintah dengan pembuatan teraseringnya, dan saat ini setelah satu tahun kemudian pertumbuhannya bagus, perkiraan 3 sampai 4 tahun ini bisa berbuah,” katanya.
Ditambahkan Bai, Pada awal awal mensosialisasikan program FMSRB, kelompok banyak yang kurang paham tentang terasering, namun setelah mendapat pembinaan dan pelatihan tentang terasering bagaimana mafaat terasering. kelompok akhirnya paham dan bisa melaksanakannya. Ia berharap kelompok tani bisa mengembangkan bantuan tersebut, dan membagikannya ke kelompok yang belum menerima bantuan.
“Setelah dapat bantuan ini hasilnya alhamdulilah, kelompok banyak mendapatkan manfaat dari program FMSRB ini, diantaranya, pembuatan terasering, manfaat terasering. Saya berharap kepada kelompok tani agar bisa mengembangkan bantuan yang telah di dapat bisa dijaga dan dirawat, sehingga bisa menghasilkan, dan manfaat ini bisa dibagikan kepada kelompok yang belum mendapatkan bantuan,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022