Sebanyak 43 siswa dari 13 Sekolah Berkebutuhan Khusus Difabel jenjang SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengikuti Kejuaraan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) untuk mengembangkan minat bakat kreativitas dan kompetensi ketrampilan anak.
 
"Kejuaraan FLS2N ini sudah menjadi agenda tahunan dan nantinya digelar ke tingkat provinsi dan nasional, " kata Panitia Pelaksana yang juga Kepala Sekolah Khusus Negeri ( SKHN) 02 Lebak Achmad Farid di Lebak, Rabu.

Baca juga: Pemkab Lebak menjamin stok beras jelang Ramadhan surplus
 
Pelaksanaan FLS2N dilaksanakan seharian dan bertempat di Sekolah Khusus Negeri (SKN) 02 Lebak Jalan Siliwangi Rangkasbitung.
 
Kejuaraan FLS2N ini untuk mengasah minat bakat kemampuan dan kompetensi kreativitas siswa difabel yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang seni, olahraga dan ketrampilan.
 
Karena itu, Kejuaraan FLS2N menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan di Kabupaten Lebak dan mereka peserta hasil seleksi dari sekolah masing-masing.
 
Keberhasilan prestasi itu, kata dia, nantinya mengikuti Kejuaraan FLS2N tingkat Provinsi Banten yang digelar 28-29 Maret 2022 dan dilanjutkan tingkat nasional.
 
Bahkan, Kabupaten Lebak menjadikan percontohan prestasi FLS2N dan bersaing dengan Yogyakarta.
 
Pada tahun 2021, kata dia, SKN 02 Lebak juara nasional pada lomba merangkai bunga dan tata busana kecantikan.
 
"Kami berharap tahun 2022 bisa kembali meraih prestasi tingkat nasional dalam Kejuaraan FLS2N itu, " kata Achmad Farid.
 
Menurut dia, Kejuaraan FLS2N yang diperebutkan medali terdiri dari delapan lomba antara lain menyanyi, menari, melukis, mewarnai, desain grafis, MTQ, pantonim, dan cipta komik.

Keberhasilan prestasi FLS2N ini untuk menjaring bakat khusus anak difabel bakat ketrampilan, bakat olahraga dan bakat kesenian.
 
Namun, prestasi Kejuaraan FLS2N tingkat kabupaten tahun 2022 itu diraih SKN 02 Lebak.
 
"Kami kini memfokuskan untuk bertarung Kejuaraan FLS2N tingkat provinsi, katanya.
 
Ia mengatakan, jumlah siswa SKN 02 Lebak lebih dari 150 siswa dengan 40 guru yang sudah menyandang gelar sarjana ketrampilan otomotif dan tata busana kecantikan.
 
Pendidikan khusus itu tentu lebih banyak menggeluti bidang ketrampilan untuk bekal hidup masa depan mereka agar bisa mandiri.
 
Dengan demikian, pola pembelajaran diterapkan sekitar 60 persen ketrampilan dan 40 persen akademik.
 
Pengelolaan Sekolah Berkebutuhan Khusus difabel itu, seperti sekolah kejuruan, sehingga memiliki sarana peralatan bengkel otomotif, dan tata busana kecantikan.

Selama ini, kata dia, perhatian pemerintah terhadap anak difabel cukup besar dan terbukti dua siswa di sini yang memiliki ketrampilan menjahit menjadi tenaga honorer provinsi.
 
"Perhatian lainnya terhadap siswa difabel tuna rungu, tuna daksa, tuna grahita, tuna netra bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS), " katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022