Serang, (ANTARABanten) - Produksi padi Provinsi Banten Tahun 2012 angka ramalan (ARAM I 2012) diperkirakan menurun 0,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya (2011) dari 1,95 juta ton gabah kering giling (GKG) menjadi 1,94 juta ton GKG, atau turun 12,22 ribu ton.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Nanan Sunandi di Serang, Jumat, mengatakan produksi padi tahun 2011 (ATAP/angka tetap) juga menurun 4,80 persen dibandingkan tahun 2010, atau berkurang 98,33 ribu ton.

Sunandi menjelaskan penurunan produksi padi 2011 sangat dipengaruhi baik oleh penurunan luas panen maupun penurunan produktivitas padi dibanding tahun 2010.

"Penurunan luas panen padi dipengaruhi oleh penurunan yang signifikan luas panen komoditi padi ladang yang mengalami penurunan 41,95 persen dibandingkan luas panen padi ladang tahun 2010. Sedangkan penurunan produktivitas padi, dipengaruhi oleh penurunan produktivitas baik padi sawah (menurun 1,77 ku/hektare) maupun padi ladang (menurun 5,13 ku/hektare) dibanding tahun 2010," katanya.

Ia mengatakan penurunan luas panen padi ladang tahun 2011 disebabkan kecilnya penanaman padi ladang pada periode Oktober-Desember tahun 2010 (bulan-bulan puncak penanaman padi ladang) di mana luas tanaman akhir bulan desember tahun 2010 hanya mencapai 21.840 hektare, berbeda jauh dengan luas tanaman akhir Desember tahun 2009 yang mencapai 36.170 hektare.

Sunandi menambahkan ada dua alasan yang menyebabkan perbedaan luas penanaman di akhir tahun 2009 dan di akhir tahun 2010. Pertama, Fenomena La Nina tahun 2010 menyebabkan cuaca bersifat ekstrim yang menyebabkan kemarau tahun 2010 bersifat basah. Pada musim kemarau justru terjadi hujan. "Para petani lebih fokus untuk melakukan penanaman padi sawah dibandingkan padi ladang," ujarnya.

Alasan kedua, di akhir tahun 2009 terdapat program peningkatan produksi padi ladang oleh Instansi terkait di daerah Pandeglang Bagian Selatan (Cimanggu dan sekitarnya) yang sangat signifikan meningkatkan luas tanam padi ladang. "Hal ini menyebabkan luas panen padi ladang tahun 2010 mengalami kenaikan yang signifikan," katanya.

Sedangkan penurunan produktivitas, baik padi sawah maupun padi ladang tahun 2011 sangat dipengaruhi oleh curah hujan yang relatif 'ekstrim', kata Sunandi.

Pada sub round Januari-April 2011 curah hujan lebih basah dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Curah hujan yang tinggi, walaupun bisa memacu untuk meningkatkan luas panen, juga akan meningkatkan serangan hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) karena kelembaban udara relatif lebih tinggi.

Selain itu, kata Sunandi, tingginya curah hujan dapat menyebabkan proses fotosintesis pada tanaman menjadi kurang sempurna sehingga menyebabkan produktifitas padi (terutama padi sawah) lebih kecil.

Sedangkan pada sub round Mei-Agustus 2011, kekeringan yang cukup parah melanda sebagian besar Pulau Jawa, termasuk Provinsi Banten, yang menyebabkan produktivitas padi di sub round tersebut relatif lebih kecil dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Tahun 2012, diperkirakan kondisi cuaca relatif lebih 'normal' dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Hal ini diperkirakan menyebabkan pola penanaman padi mengikuti pola/trend yang biasanya. Tetapi pengaruh kekeringan yang relatif besar di pertengahan tahun 2011 menyebabkan pergeseran tanam, terutama di akhir tahun 2011, yang pada gilirannya menyebabkan pergeseran panen di tahun 2012.

Tahun 2012, produktivitas padi sawah Januari-April mencapai 56,18 kuintal/hektare, angka terbesar dibandingkan periode sama tahun-tahun sebelumnya. Selain kondisi cuaca yang mendukung, peningkatan produktivitas ini dipengaruhi juga oleh program peningkatan produktivitas padi, khususnya padi sawah, yang dialokasikan cukup besar di tahun 2012 oleh instansi terkait.

Bantuan benih unggul melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SLPTT), CBN (Cadangan Benih Nasional) maupun BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul), diprediksi meningkatkan produktivitas padi di tahun 2012, kata Sunandi.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012