Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat, dibayangi makin tingginya kasus COVID-19.
Pada pukul 9.59 WIB rupiah menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.466 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.477 per dolar AS.
Baca juga: Senin sore, Rupiah menguat merespons data tenaga kerja AS
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, rupiah kemungkinan masih akan menguat terhadap dolar AS namun relatif terbatas.
"Efek dari data tenaga kerja AS yang di bawah ekspektasi pasar sehingga memunculkan persepsi bank sentral AS akan mempertahankan kebijakan moneter longgar dalam waktu yang lebih lama, masih menjadi pemicu pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah," ujar Ariston.
Data ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu bervariasi. Data ketenagakerjaan non-pertanian meningkat lebih besar dari ekspektasi yaitu mencapai 850.000 pekerja pada Juni.
Meski begitu tingkat pengangguran AS pada Juni naik menjadi 5,9 persen dari 5,8 persen pada bulan sebelumnya.
"Di sisi lain, laju kasus baru COVID-19 yang semakin meninggi di Tanah Air masih menjadi faktor penekan rupiah," kata Ariston.
Pada Senin (5/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 mencapai 29.745 kasus, sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.313.829 kasus.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak menguat di kisaran Rp14.450 per dolar AS dengan potensi resisten ke kisaran Rp14.520 per dolar AS.
Pada Jumat (2/7) lalu, rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.533 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.503 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
Pada pukul 9.59 WIB rupiah menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.466 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.477 per dolar AS.
Baca juga: Senin sore, Rupiah menguat merespons data tenaga kerja AS
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, rupiah kemungkinan masih akan menguat terhadap dolar AS namun relatif terbatas.
"Efek dari data tenaga kerja AS yang di bawah ekspektasi pasar sehingga memunculkan persepsi bank sentral AS akan mempertahankan kebijakan moneter longgar dalam waktu yang lebih lama, masih menjadi pemicu pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah," ujar Ariston.
Data ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan lalu bervariasi. Data ketenagakerjaan non-pertanian meningkat lebih besar dari ekspektasi yaitu mencapai 850.000 pekerja pada Juni.
Meski begitu tingkat pengangguran AS pada Juni naik menjadi 5,9 persen dari 5,8 persen pada bulan sebelumnya.
"Di sisi lain, laju kasus baru COVID-19 yang semakin meninggi di Tanah Air masih menjadi faktor penekan rupiah," kata Ariston.
Pada Senin (5/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 mencapai 29.745 kasus, sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.313.829 kasus.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak menguat di kisaran Rp14.450 per dolar AS dengan potensi resisten ke kisaran Rp14.520 per dolar AS.
Pada Jumat (2/7) lalu, rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.533 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.503 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021