Perajin gitar produksi masyarakat di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kembali bangkit sehubungan permintaan pesanan meningkat.
 
"Kami sekitar tujuh bulan menghentikan produksi karena permintaan konsumen sepi, " kata Ujang Iwan, perajin gitar sekaligus pemilik usaha gitar yang diberi nama "Gitar Gore" di Lebak, Kamis.

Baca juga: Bupati Lebak Iti Octavia belum putuskan sekolah tatap muka
 
Meningkatnya permintaan konsumen saat ini, tambahnya, menjadikan dirinya kewalahan melayani pesanan tersebut, karena setiap pekan menjual sekitar 10 unit gitar.
 
Produksi gitar merk Gitar Gore itu dikerjakan secara manual, sehingga pekerjaan mengalami keterlambatan, namun, permintaan konsumen tetap dilayani sesuai dengan keinginannya.
 
"Kita kembali memperkerjakan empat orang tenaga kerja, karena permintaan meningkat," katanya.
 
Menurut dia, permintaan konsumen itu melalui pemasaran secara online, terlebih saat ini di masa pandemi COVID-19, mereka dari berbagai daerah di Tanah Air, seperti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, Papua, Kalimantan dan Pulau Jawa.
 
Produksi gitar yang lokasinya tidak jauh dengan pemukiman masyarakat Badui, namun kualitas dan tidak kalah dengan produksi pabrikan
 
Karena itu, permintaan gitar juga terdapat pedagang musik dan mereka pesan bisa mencapai 20 unit.
 
"Kita memproduksi gitar dengan bahan baku kayu lame, albasia dan mahoni sehingga banyak diminati, karena mengeluarkan bunyi nyaring," kata Ujang sambil menyatakan merintis usahanya dari 2013.
 
Ia mengatakan harga gitar yang dijual tergantung kualitas, namun termurah Rp1 juta dan tertinggi Rp3 juta per unit.
 
Saat ini, kata dia, omzet pendapatan mencapai Rp50 juta per bulan menyusul meningkatnya permintaan dari sebelumnya nihil selama tujuh bulan.
 
"Kami berharap permintaan pasar meningkat sehingga usaha produksi gitar berkembang, " ujar mantan pekerja gitar di perusahaan Korea.
 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021