Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengoptimalkan mitigasi kebencanaan di pesisir selatan laut Jawa yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Hindia.
 
"Kita berharap mitigasi kebencanaan ini dapat menyelamatkan warga pesisir selatan dari ancaman gempa dan tsunami," kata Pelaksana BPBD Lebak Pebby Rizky Pratama di Lebak, Rabu.

Baca juga: Saat resmikan jembatan di Lebak, Jusuf Kalla: Perusahaan harus miliki tanggung jawab sosial
 
Pesisir selatan laut Jawa di Kabupaten Lebak merupakan daerah rawan potensi gempa dan tsunami, karena berada di wilayah pertemuan (tumbukan) lempengan Samudera Hindia Australia-Benua Asia.Potensi gempa dan tsunami di pesisir selatan meliputi Kecamatan Wanasalam, Malingping, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng.
 
BPBD Lebak kini mengoptimalkan infrastruktur mitigasi kebencanaan guna meminimalisasi korban jiwa maupun kerusakan material dengan melibatkan Organisasi Radio Orari, dimana jaringan radio itu nantinya dipasang server melalui toa atau pengeras suara yang ada di masjid-masjid dan mushala di sekitar pesisir pantai.
 
Pemasangan server itu, kata dia, terkoneksi dengan alat Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami.
Peralatan EWS itu dipasang oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Kantor BPBD Lebak.
 
"Kita operasikan alat EWS setelah ada peringatan gempa dan potensi tsunami dari BMKG yang terkoneksi ke server radio yang dipasang di tempat ibadah dan mengeluarkan suara peringatan waspada bencana tsunami kepada warga pesisir, " katanya.
 
Menurut dia, peringatan dini bencana tsunami melalui pengeras suara itu ada waktu lima menit untuk penyelamatan warga untuk lari ke gedung shelter di Wanasalam yang bisa menampung 6.000 orang.
 
Warga Malingping, Cihara, Panggaran, Bayah dan Cilograng bisa menyelamatkan ke perbukitan dan pegunungan.
 
Perbukitan di pesisir pantai Sawarna dengan ketinggian 40 meter relatif aman dengan menampung 2.000 orang. Sebab, ketinggian rendaman gelombang tsunami mencapai 12 meter.
 
Saat ini, kata dia, jalur evakuasi terdapat di 120 titik dengan kondisi baik jalur maupun arah penunjuk."Kami berharap warga bisa memanfaatkan jalur evaluasi untuk penyelamatan korban bencana tsunami itu, " katanya.
 
Ia mengatakan pihaknya juga memaksimalkan simulasi dan sosialisasi tentang bahaya mitigasi kebencanaan. Bahkan, tahun ini kegiatan simulasi penanggulangan bencana tsunami di Malingping dengan melibatkan 100 orang.
 
Selain itu, juga kegiatan sosialisasi kebencanaan guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat jika terjadi bencana tsunami. "Kami yakin melalui mitigasi kebencanaan dipastikan masyarakat bisa menyelamatkan diri dari bencana alam itu, " ujarnya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021