Produksi beras di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, tercatat mengalami surplus sebesar 183.428 ton pada 2020 atau mencukupi selama 14 bulan hingga sampai 2022.

"Persediaan beras itu melimpah juga ditambah panen raya Maret-April 2021," kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Irwan di Lebak, Selasa.

Ia mengatakan produksi beras hasil panen padi sawah di Kabupaten Lebak itu memberikan kontribusi terhadap kedaulatan pangan nasional dan juga peningkatan ekonomi masyarakat.

Saat ini, nilai ekonomi di wilayah ini dipastikan mengalami peningkatan dan diperkirakan mencapai miliaran rupiah, sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

Produksi beras Kabupaten Lebak tersebut dipasok ke Pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur dan Bogor, Jawa Barat, serta ke sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak dan Serang.

"Kami menjamin persediaan beras melimpah dan mencukupi sampai tahun 2022," katanya.

Berdasarkan catatan, produksi beras sepanjang 2020 mencapai 330.640 ton atau 707.252 ton gabah kering pungut (GKP), dengan kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Lebak berpenduduk 1,2 juta orang mencapai 147.428 ton.

Dengan demikian, produksi beras tercatat surplus 183.213 ton atau mencukupi 14 bulan, ditambah panen Januari-Februari 2021 sebanyak 71.320 ton.

Ia menjelaskan surplus produksi beras di Kabupaten Lebak terjadi karena gerakan percepatan tanam yang meningkat diiringi juga dengan penggunaan teknologi alat pertanian (alsintan).

Selain itu, menurut dia, sarana produksi telah terpenuhi dan pengembangan sumber daya petani melalui seminar hingga bimbingan teknis terjalin dengan baik.

Para petani juga sudah melakukan penerapan pertanian teknologi dengan menggunakan benih bersertifikasi serta pupuk berimbang antara organik dan non organik.

Dalam periode ini, ketersediaan pasokan air melalui jaringan irigasi maupun bantuan pompanisasi juga terjamin, sehingga indeks penanaman (IP) bisa dilakukan 2,5 musim per tahun.

Para petani juga memiliki keunggulan cara tanam yaitu dengan menerapkan pola tanam jejar legowo hingga sekitar 70-80 persen.

"Saya kira dengan pertanian teknologi itu produksi gabah bisa di atas enam ton GKP per hektare," katanya.

Selama ini, usaha pertanian pangan masih menjadi andalan ekonomi petani Kabupaten Lebak, dengan rata-rata petani bisa meraup keuntungan sekitar Rp30-40 juta per hektare.

Perkiraan keuntungan itu berasal dari biaya produksi pertanian padi sawah yang rata-rata mencapai Rp10 juta per hektare dengan hasil panen mencapai tujuh ton GKP per hektare.

Untuk itu, jika harga gabah di pasaran Rp5.000 per kilogram, maka secara akumulasi penghasilan bersih petani mencapai Rp30 juta per hektare, setelah dipotong biaya produksi Rp10 juta per hektare.

"Kami mendorong petani jika sudah memanen padi maka segera melaksanakan percepatan tanam," ujarnya.

Sementara itu, H Baden (65), seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung Lebak mengatakan persediaan beras saat ini melimpah dengan pasokan yang berasal dari petani lokal.

"Kami sudah lima tahun terakhir ini terpenuhi pasokan beras lokal dan tidak mendatangkan dari daerah lain," katanya.

 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021