Perusahaan farmasi Nucleus Farma menyukseskan program vaksinasi nasional COVID-19 dengan mendonasikan Onoiwa.
Menurut Edward Basilianus, CEO Nucleus Farma dalam keterangan tertulis, Kamis, Onoiwa merupakan obat alami Indonesia (Indonesia Natural Medicine/ Inamed) berasal dari ekstrak ikan gabus sehingga mengandung 64,61 persen albumin.
Albumin, jelas Edward, merupakan protein utama yang terdapat dalam darah manusia. Albumin diproduksi oleh organ hati. Fungsi albumin sendiri adalah untuk mengatur tekanan dalam pembuluh darah dan menjaganya agar cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh sekitarnya.
Edward menambahkan albumin bermanfaat untuk membantu imunitas tubuh karena mengandung mineral Zinc.
“Masyarakat tidak perlu ragu mengonsumsi Onoiwa karena produk ini sudah mendapatkan sertifikasi dari BPOM dan FDA registered facility,” tutur Edward Basilianus.
Onoiwa sendiri merupakan obat resep dokter (ethical drug). Obat ini sudah berhasil menembus jaringan rumah sakit besar di Indonesia. Keberhasilan Onoiwa menembus rumah sakit tentu tak lepas dari kesuksesan obat ini memperoleh FDA (Food and Drug Administration) registered facility Amerika Serikat. Hal tersebut sekaligus membuktikan, bahwa fasilitas produksi Nucleus Farma telah memenuhi standar dan ketentuan dari FDA.
Seperti diketahui, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat lainnya terus bekerja keras dalam mengatasi pandemi COVID-19. Saat ini upaya penanggulangan pandemi memasuki tahap penting, yakni vaksinasi kepada seluruh masyarakat Indonesia. Vaksinasi diharapkan akan semakin memperkuat imunitas individu dan kekebalan komunitas (herd immunity).
Pemerintah menargetkan 140 juta orang Indonesia disuntik vaksin Covid-19 pada semester kedua tahun ini, dan vaksinasi diharapkan mencapai 181,5 juta orang pada Desember 2021. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Uluran tangan berbagai kalangan sangat dibutuhkan, termasuk dari dunia industri.
Kontribusi dunia industri antara lain dapat diwujudkan dengan membantu proses vaksinasi COVID-19. Nucleus Farma sebagai perusahaan Bio-tech company yang berfokus pada produk-produk inovatif natural, ikut berkontribusi dalam program vaksinasi yang dilaksanakan oleh keluarga besar alumni Kolese Kanisius.
Vaksinasi yang ditujukan untuk para lansia ini berlangsung sejak Senin (8/3) hingga Sabtu (13/3) di sekolah Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat. Selama 5 hari vaksinasi di Kolese Kanisius total ada 2500 lansia yang divaksinasi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hadir memantau proses vaksinasi di Kolese Kanisius pada Selasa pagi (9/3/2021).
Menkes Budi Gunadi menyambut baik keterlibatan komunitas yang membantu pemerintah dalam mempercepat vaksinasi bagi kelompok prioritas.
Dengan banyaknya komunitas atau organisasi yang terlibat, ia optimistis target vaksinasi terhadap 26,1 juta lansia hingga Juni bisa tercapai.
"Kami tak bisa sendiri, tapi dengan keterlibatan bisa tercapai. Ini untuk kita bersama," kata Menkes.
Ravindra Airlangga Hartarto, pemegang gelar Master in Biotechnology John Hopkins University menyambut baik kontribusi Nucleus Farma dalam menyukseskan program vaksinasi.
“Partisipasi Nucleus Farma bisa menjadi contoh bagi perusahaan – perusahaan lain. Semoga ke depan semakin banyak perusahaan yang ikut terlibat dalam vaksinasi Covid-19 yang sedang digencarkan oleh pemerintah,” tutur Ravindra.
Pada kesempatan tersebut Nucleus Farma mendonasikan 2500 boks Onoiwa kepada para lansia yang ikut vaksinasi. Donasi ini diberikan sebagai salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) dari Nucleus Farma. Adapun nilai total donasinya mencapai sekitar Rp500 juta.
“Nucleus Farma merupakan perusahaan Bio-tech company yang memfokuskan diri menemukan produk-produk inovatif natural. Kami menjadi perusahaan natural pharmaceutical pertama yang mendapatkan FDA registered facility diIndonesia. Tim R&D Nucleus Farma selalu memperhatikan kebutuhan kesehatan masyarakat, serta berkolaborasi dengan tim riset universitas dan lembaga riset lainnya. Kolaborasi ini mengimplementasikan triple helix, dimana ketiga komponen penting turut terlibat yakni, akademisi, pemerintah serta pelaku usaha,” jelas Edward.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021