Serang (ANTARABanten) - Mantan Kepala Staf Angkatan Laut Slamet Subijanto menilai Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia dapat melahirkan bangsa besar di dunia karena mengedepankan musyawarah untuk mencari mufakat demi kepentingan bersama.
"Pancasila merupakan pedoman bangsa Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya dalam seminar 'Pancasila sebagai Srategi Meraih Cita-Cita Bangsa' yang digelar Majelis Kebangsaan Panji Nusantara di Serang, Minggu.
Subijanto mengatakan, selama ini nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat dilupakan, padahal Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
Pancasila selalu mengutamakan musyawarah untuk mencari mufakat demi kepentingan bersama yang lebih besar.
Bahkan, sebagai benteng kekuatan untuk melindungi dari ancaman, gangguan, tantangan serta hambatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan benegara.
Musyawarah untuk mencapai mufakat adalah bentuk bagaimana tali silatuhrahmi bisa dipertahanakan sekaligus menjadi ciri bangsa Indonesia.
"Dengan Pancasila itu, kita membangun bangsa yang besar dengan keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa," katanya.
Menurut dia, Pancasila menjamin setiap anak bangsa menjalankan kewajiban beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebab bangsa Indonesia adalah bangsa yang agamis dan bukan negara sekuler.
"Semua pemeluk agama yang ada di Indonesia dilindungi oleh negara," tegas Mantan Kasal 2005-2007 itu.
Dia menyebutkan, ketaatan beragama yang dijalankan setiap anak bangsa tentu akan melahirkan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga setiap perilaku dan tindakanya yang dilakukan mencerminkan sebagai bangsa.
Karena itu, kata Mantan Kasal asal Mojokerto, Jatim itu, agama mengedepankan rasa kasih sayang yang muaranya membentuk rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.
"Jika persatuan dan kesatuan kokoh atau kuat dipastikan dapat mencegah perpecahan bangsa dan negara," tandasnya.
Pendapat lain dikemukakan Najmudin Busro sebagai salah satu pendiri Banten. Ia menilai saat ini nilai-nilai Pancasila dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sangat lemah, sehingga perlu ditumbuhkan kembali di masyarakat.
"Kita jangan sampai melupakan Pancasila karena budaya bangsa sendiri sebagai pemersatu bangsa," katanya.
Namun demkian, pihaknya saat ini prihatin dengan atas nama demokrasi yang selalu menjunjung tinggi hak azasi manusia (HAM), padahal demokrasi itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Berbagai negara yang mengatasnamakan demokrasi terpecah belah, seperti negara Uni Soviet tahun 1989.
"Saya yakin dengan Pancasila itu akan memperkuat persatuan dan menjadi bangsa yang besar," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011
"Pancasila merupakan pedoman bangsa Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya dalam seminar 'Pancasila sebagai Srategi Meraih Cita-Cita Bangsa' yang digelar Majelis Kebangsaan Panji Nusantara di Serang, Minggu.
Subijanto mengatakan, selama ini nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat dilupakan, padahal Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
Pancasila selalu mengutamakan musyawarah untuk mencari mufakat demi kepentingan bersama yang lebih besar.
Bahkan, sebagai benteng kekuatan untuk melindungi dari ancaman, gangguan, tantangan serta hambatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan benegara.
Musyawarah untuk mencapai mufakat adalah bentuk bagaimana tali silatuhrahmi bisa dipertahanakan sekaligus menjadi ciri bangsa Indonesia.
"Dengan Pancasila itu, kita membangun bangsa yang besar dengan keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa," katanya.
Menurut dia, Pancasila menjamin setiap anak bangsa menjalankan kewajiban beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebab bangsa Indonesia adalah bangsa yang agamis dan bukan negara sekuler.
"Semua pemeluk agama yang ada di Indonesia dilindungi oleh negara," tegas Mantan Kasal 2005-2007 itu.
Dia menyebutkan, ketaatan beragama yang dijalankan setiap anak bangsa tentu akan melahirkan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga setiap perilaku dan tindakanya yang dilakukan mencerminkan sebagai bangsa.
Karena itu, kata Mantan Kasal asal Mojokerto, Jatim itu, agama mengedepankan rasa kasih sayang yang muaranya membentuk rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.
"Jika persatuan dan kesatuan kokoh atau kuat dipastikan dapat mencegah perpecahan bangsa dan negara," tandasnya.
Pendapat lain dikemukakan Najmudin Busro sebagai salah satu pendiri Banten. Ia menilai saat ini nilai-nilai Pancasila dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sangat lemah, sehingga perlu ditumbuhkan kembali di masyarakat.
"Kita jangan sampai melupakan Pancasila karena budaya bangsa sendiri sebagai pemersatu bangsa," katanya.
Namun demkian, pihaknya saat ini prihatin dengan atas nama demokrasi yang selalu menjunjung tinggi hak azasi manusia (HAM), padahal demokrasi itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Berbagai negara yang mengatasnamakan demokrasi terpecah belah, seperti negara Uni Soviet tahun 1989.
"Saya yakin dengan Pancasila itu akan memperkuat persatuan dan menjadi bangsa yang besar," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011