Pandeglang (ANTARABanten) - Para peternak bebek petelur dan ayam kampung di Kecamatan Karangtanjung, Pandeglang, mengaku kesilitan mendapatkan pakan untuk hewan peliharaannya itu.
Beberapa peternak ketika dikonfirmasi, Jumat, mengaku terpaksa menjual sebagian ternaknya karena tidak ada pakan, akibat ketiadaan gabah dan penggilingan padi banyak yang tutup.
"Saya biasa memberi makan bebek dengan dedak atau sekam padi halus, tapi kini sulit mendapatkannya, sehingga terpaksa sebagian ternak saya jual," kata Nano, peternak bebek di Kampung Sukasari Kelurahan Pagadungan, Kecamatan Karangtanjung.
Awalnya, Nano memiliki bebek 150 ekor dengan kebutuhan dedak per hari 100 kg, tapi sekarang ternaknya hanya tersisa 90 ekor, sisanya telah dijual.
Dengan sisa bebek yang masih dipeliharanya itu, ia mengaku, tidak mendapatkan untung karena hasil penjual telur habis untuk membeli pakan.
Pada hari biasa, atau ketika musim panen, ia biasa membeli dedak Rp1.000 per kg dan mudah didapatkan, tapi sekarang harganya mencapai Rp2.500 per kg dan sulit memperolehnya.
Ia mengaku, membeli dedak bukan dari penggilingan padi, tapi dari pengusaha yang menggiling sekam (cangkang padi) menjadi dedak, sehingga kualitasnya rendah.
Akibatnya, lanjut dia, produksi telur berkurang drastis. Jika diberi makan dedak dari penggilingan padi, setiap hari bebeknya bertulur, sekarang dua hari sekali.
"Sebenarnya rugi, tapi saya tidak jual seluruh bebek, berharap setelah musim panen dan dedak dari penggilingan padi banyak, produksi terlur normal kembali," katanya.
Suryadi, peternak ayam kampung di Kampung Pasirandu, Kelurahan Pagadungan, juga mengaku sulit mendapatkan dedak untuk pakan ternaknya.
"Cari dedak sekarang susah karena penggilingan padi banyak yang tutup, jadi ayam terpaksa saya kasih makan singkong dihaluskan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010
Beberapa peternak ketika dikonfirmasi, Jumat, mengaku terpaksa menjual sebagian ternaknya karena tidak ada pakan, akibat ketiadaan gabah dan penggilingan padi banyak yang tutup.
"Saya biasa memberi makan bebek dengan dedak atau sekam padi halus, tapi kini sulit mendapatkannya, sehingga terpaksa sebagian ternak saya jual," kata Nano, peternak bebek di Kampung Sukasari Kelurahan Pagadungan, Kecamatan Karangtanjung.
Awalnya, Nano memiliki bebek 150 ekor dengan kebutuhan dedak per hari 100 kg, tapi sekarang ternaknya hanya tersisa 90 ekor, sisanya telah dijual.
Dengan sisa bebek yang masih dipeliharanya itu, ia mengaku, tidak mendapatkan untung karena hasil penjual telur habis untuk membeli pakan.
Pada hari biasa, atau ketika musim panen, ia biasa membeli dedak Rp1.000 per kg dan mudah didapatkan, tapi sekarang harganya mencapai Rp2.500 per kg dan sulit memperolehnya.
Ia mengaku, membeli dedak bukan dari penggilingan padi, tapi dari pengusaha yang menggiling sekam (cangkang padi) menjadi dedak, sehingga kualitasnya rendah.
Akibatnya, lanjut dia, produksi telur berkurang drastis. Jika diberi makan dedak dari penggilingan padi, setiap hari bebeknya bertulur, sekarang dua hari sekali.
"Sebenarnya rugi, tapi saya tidak jual seluruh bebek, berharap setelah musim panen dan dedak dari penggilingan padi banyak, produksi terlur normal kembali," katanya.
Suryadi, peternak ayam kampung di Kampung Pasirandu, Kelurahan Pagadungan, juga mengaku sulit mendapatkan dedak untuk pakan ternaknya.
"Cari dedak sekarang susah karena penggilingan padi banyak yang tutup, jadi ayam terpaksa saya kasih makan singkong dihaluskan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010