Cinangka (ANTARABanten) - Suara dentuman yang terjadi di Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali terdengar masyarakat Anyer, Kabupaten Serang dan sekitarnya dan mereka mengaku sempat membuat kaca rumahnya bergetar saat dentuman terdengar dua kali.

"Saya sudah dua kali mendengar suara dentuman itu, dan sempat menyaksikan kaca rumah bergetar. Anak saya terbangun dari tidurnya ketika dentuman itu terdengar di sini," kata seorang warga Bandulu, Anyer, Tinah, Senin dinihari.

Meski suara dentumannya tidak sekeras sebelumnya, namun suara itu menggetarkan kaca rumah yang terbuat dari kayu itu.

"Suara getaran kacanya lama, tidak kurang dari 10 detik, dan selang satu jam kemudian rumah bergetar lagi, seperti ada lini atau gempa kecil," katanya menjelaskan.

Pengamat GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang Provinsi Banten, Sikin yang dihubungi terpisah mengaku suara dentuman yang keluar dari perut GAK kerap membuat kaca bergetar.

"Kemarin saja, dentuman yang dikeluarkan satu kali, dan menggetarkan kaca pos pemantau," kata Sikin.

Sebelumnya, aktivitas GAK semakin menjadi-jadi, Sabtu (20/11). Suara yang dikeluarkan membuat kaca rumah warga bergetar, dan pos GAK mencatat terjadi 207 kali letusan.

"Jumlah letusannya bertambah banyak, dari 85 kali pada Jumat (19/11), dan Sabtu kami mencatat 207 kali letusan," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S Pambudi.

Dia menjelaskan, total gempa itu sendiri sudah mencapai angka 741 kali, di mana vulkanik dalam (VA) 2 kali, vulkanik dangkal (VB) 77 kali, letusan 207 kali, tremor 226 kali, hembusan 229 kali.

"Kalau satu hari sebelumnya, letusan hanya terjadi 85 kali, VA 8 kali, VB 69, tremor 225 dan hembusan 167, dengan total kegempaan 554 kali," katanya menambahkan.

Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Geologi Bencana (PVMBG) menetapkan status GAK masih kategori "waspada" atau level II.

"Kami masih merekomendasikan warga masyarakat atau siapa pun tidak mendekat sampai radius dua kiloemeter," demikian Anton.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010