Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten siap menjalin kerja sama dengan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian untuk memromosikan kekayaan khazanah budaya tempo dulu agar mendunia.
"Kami sangat membutuhkan adanya kerja sama itu secara berkelanjutan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar di Lebak, Jumat.
Baca juga: Produksi beras di Lebak kembali surplus dan cukup sampai 15 bulan
UPT Museum Multtauli menyambut baik dan senang hati jika ada pihak swasta, BUMN, dan kementerian yang ingin kerja sama untuk membesarkan Museum Multatuli agar mendunia.
Selama ini, pihaknya baru menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk Program Jejak Multatuli dan juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam bentuk Festival Seni Multatuli yang dilaksanakan setiap September, di antaranya menggelar Carnaval Kerbau dan Wayang Golek.
Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Museum Kerajaan Belanda Riggt Museum, namun berharap berlanjut sehingga bisa mengembalikan benda-benda Multatuli, seperti lemari,guci, tas hingga manuskripnya itu ke Museum Multatuli.
"Kami sangat terbuka jika ada kerja sama itu agar Museum Multatuli mendunia," katanya menegaskan.
Ia menjelaskan di Museum Multatuli Rangkasbitung terdapat koleksi novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Prancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, litografi atau lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli dan buku-buku lainnya.
Lebih menariknya Museum Multatuli terdapat bukti fisik berupa surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda tentang kondisi masyarakat Lebak, foto-foto, serta novel Max Havelaar terbitan pertama.
Lokasi Gedung Museum Multatuli berdekatan dengan Kantor Pemerintah Kabupaten Lebak dengan luas 1.842 meter persegi terdapat tujuh ruangan yang terbagi menjadi empat tema.
Keempat tema tersebut yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke Indonesia, Multatuli dan karyanya, serta sejarah Lebak dan Banten.
Selain itu ada juga tentang perkembangan Rangkasbitung masa kini,katanya.
Ia mengatakan, saat ini, jumlah pengunjung Museum Multatuli sekitar 6.500 orang,termasuk virtual sehubungan merebaknya pandemi COVID-19.
Selama ini, kata dia, wisatawan yang mengunjungi Museum Multatuli masih ada dari kalangan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Mereka mengunjungi Museum Multatuli itu untuk pengkajian dan penelitian, demikian Ubaidillah Muchtar.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kami sangat membutuhkan adanya kerja sama itu secara berkelanjutan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar di Lebak, Jumat.
Baca juga: Produksi beras di Lebak kembali surplus dan cukup sampai 15 bulan
UPT Museum Multtauli menyambut baik dan senang hati jika ada pihak swasta, BUMN, dan kementerian yang ingin kerja sama untuk membesarkan Museum Multatuli agar mendunia.
Selama ini, pihaknya baru menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk Program Jejak Multatuli dan juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam bentuk Festival Seni Multatuli yang dilaksanakan setiap September, di antaranya menggelar Carnaval Kerbau dan Wayang Golek.
Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Museum Kerajaan Belanda Riggt Museum, namun berharap berlanjut sehingga bisa mengembalikan benda-benda Multatuli, seperti lemari,guci, tas hingga manuskripnya itu ke Museum Multatuli.
"Kami sangat terbuka jika ada kerja sama itu agar Museum Multatuli mendunia," katanya menegaskan.
Ia menjelaskan di Museum Multatuli Rangkasbitung terdapat koleksi novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Prancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, litografi atau lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli dan buku-buku lainnya.
Lebih menariknya Museum Multatuli terdapat bukti fisik berupa surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda tentang kondisi masyarakat Lebak, foto-foto, serta novel Max Havelaar terbitan pertama.
Lokasi Gedung Museum Multatuli berdekatan dengan Kantor Pemerintah Kabupaten Lebak dengan luas 1.842 meter persegi terdapat tujuh ruangan yang terbagi menjadi empat tema.
Keempat tema tersebut yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke Indonesia, Multatuli dan karyanya, serta sejarah Lebak dan Banten.
Selain itu ada juga tentang perkembangan Rangkasbitung masa kini,katanya.
Ia mengatakan, saat ini, jumlah pengunjung Museum Multatuli sekitar 6.500 orang,termasuk virtual sehubungan merebaknya pandemi COVID-19.
Selama ini, kata dia, wisatawan yang mengunjungi Museum Multatuli masih ada dari kalangan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Mereka mengunjungi Museum Multatuli itu untuk pengkajian dan penelitian, demikian Ubaidillah Muchtar.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020