Masyarakat Kabupaten Lebak, Banten diminta membeli produk lokal ditengah pandemi COVID-19 untuk membantu perguliran ekonomi pelaku industri kecil dan menengah (IKM).
"Kita merasa bangga produk lokal itu menembus pasar domistik dan mancanegara," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak H Dedi Rahmat di Lebak, Sabtu.
Baca juga: Cegah COVID-19, Pemkab Lebak minta warga taati protokol kesehatan
Komoditas produk lokal yang dikembangkan pelaku IKM Kabupaten Lebak memiliki keunggulan, karena bahan bakunya didatangkan dari hasil pertanian,perkebunan dan perikanan setempat.
Dimana produk lokal tersebut untuk komoditas pangan antara lain beras ciberang, ikan, pisang dan gula aren.
Produksi beras ciberang kini dapat memenuhi sejumlah pasar tradisional dan tidak dipasok dari luar daerah.
Lebih membanggakan,kata dia, produk gula aren sudah menembus pasar domistik dan mancanegara dan permintaanya cukup tinggi karena kualitas rasanya pulen dan beraroma.
Bahkan, produk gula aren mencapai puluhan ton per bulan ekspor ke Australia, Malaysia dan sejumlah negara di Benua Eropa.
Selain itu juga produk sale pisang sebagai makanan camilan menembus pasar DKI Jakarta dan Jawa Barat, namun produk itu kebanyakan pembelinya para wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh atau "buah tangan".
Produk lokal lainnya, kata dia, ikan hasil tangkapan nelayan pesisir selatan Lebak dengan memproduksi kerupuk ikan, baso ikan, dengdeng ikan, abon ikan dan camilan ikan.
Disamping itu juga produksi abon ikan "Bu Bedah" dari Kecamatan Wanasalam menembus pasar Supermarket.
"Semua produk lokal itu berada di pasar tradisional, toko-toko swalayan, ritel hingga supermarket," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produk lokal itu hasil pengembangan pelaku IKM di 28 kecamatan karena ditunjang bahan baku melimpah dari komoditas pertanian dan perkebunan.
Produk lokal itu dijual mulai harga Rp10.000/Kg sampai Rp50.000/Kg.
Karena itu, pihaknya meminta konsumen lebih mencintai produk lokal dengan membeli karena bisa membantu perguliran ekonomi daerah.
Saat ini, jumlah pelaku IKM tercatat 16.300 unit usaha dan menyerap lapangan pekerjaan hingga puluhan ribu.
Selama ini juga produk lokal menjadikan pendapatan unggulan masyarakat,termasuk kerajinan bambu dan batik.
Produk kerajinan bambu dan batik kini berkembang dan tumbuh serta menjadikan klaster ekonomi masyarakat di 28 kecamatan.
"Kami mendorong produk kerajinan itu terus ditingkatkan kualitas sehingga bisa bersaing pasar," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Karya Mandiri Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak, Jubaedah (50) mengatakan pihaknya memasok produksi abon ikan untuk Supermarket Carrefour bisa mencapai lima ton per bulan.
Produksi abon ikan itu ditampung oleh perusahaan dengan menggunakan kemasan dari mereka,namun merk "Bu Bedah" dari Lebak.
"Kami menggunakan bahan baku ikan marlin dan tuna dan bisa bertahan delapan bulan tanpa pengawet," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kita merasa bangga produk lokal itu menembus pasar domistik dan mancanegara," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak H Dedi Rahmat di Lebak, Sabtu.
Baca juga: Cegah COVID-19, Pemkab Lebak minta warga taati protokol kesehatan
Komoditas produk lokal yang dikembangkan pelaku IKM Kabupaten Lebak memiliki keunggulan, karena bahan bakunya didatangkan dari hasil pertanian,perkebunan dan perikanan setempat.
Dimana produk lokal tersebut untuk komoditas pangan antara lain beras ciberang, ikan, pisang dan gula aren.
Produksi beras ciberang kini dapat memenuhi sejumlah pasar tradisional dan tidak dipasok dari luar daerah.
Lebih membanggakan,kata dia, produk gula aren sudah menembus pasar domistik dan mancanegara dan permintaanya cukup tinggi karena kualitas rasanya pulen dan beraroma.
Bahkan, produk gula aren mencapai puluhan ton per bulan ekspor ke Australia, Malaysia dan sejumlah negara di Benua Eropa.
Selain itu juga produk sale pisang sebagai makanan camilan menembus pasar DKI Jakarta dan Jawa Barat, namun produk itu kebanyakan pembelinya para wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh atau "buah tangan".
Produk lokal lainnya, kata dia, ikan hasil tangkapan nelayan pesisir selatan Lebak dengan memproduksi kerupuk ikan, baso ikan, dengdeng ikan, abon ikan dan camilan ikan.
Disamping itu juga produksi abon ikan "Bu Bedah" dari Kecamatan Wanasalam menembus pasar Supermarket.
"Semua produk lokal itu berada di pasar tradisional, toko-toko swalayan, ritel hingga supermarket," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produk lokal itu hasil pengembangan pelaku IKM di 28 kecamatan karena ditunjang bahan baku melimpah dari komoditas pertanian dan perkebunan.
Produk lokal itu dijual mulai harga Rp10.000/Kg sampai Rp50.000/Kg.
Karena itu, pihaknya meminta konsumen lebih mencintai produk lokal dengan membeli karena bisa membantu perguliran ekonomi daerah.
Saat ini, jumlah pelaku IKM tercatat 16.300 unit usaha dan menyerap lapangan pekerjaan hingga puluhan ribu.
Selama ini juga produk lokal menjadikan pendapatan unggulan masyarakat,termasuk kerajinan bambu dan batik.
Produk kerajinan bambu dan batik kini berkembang dan tumbuh serta menjadikan klaster ekonomi masyarakat di 28 kecamatan.
"Kami mendorong produk kerajinan itu terus ditingkatkan kualitas sehingga bisa bersaing pasar," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Karya Mandiri Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak, Jubaedah (50) mengatakan pihaknya memasok produksi abon ikan untuk Supermarket Carrefour bisa mencapai lima ton per bulan.
Produksi abon ikan itu ditampung oleh perusahaan dengan menggunakan kemasan dari mereka,namun merk "Bu Bedah" dari Lebak.
"Kami menggunakan bahan baku ikan marlin dan tuna dan bisa bertahan delapan bulan tanpa pengawet," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020