Lebak, 31/5 (ANTARA) - Petugas medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak akan memerangi penyakit prabusia (sejenis penyakit kulit yang menyerang sekujur tubuh manusia) di kalangan masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Cibeo, Cikawartana, dan cikeusik dengan cara melakukan "sweeping".

"Awal Juni 2010, kami akan memberikan pengobatan bagi warga Baduy Dalam yang terserang penyakit kulit itu," kata petugas medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Maman Hasanudin, Senin.

Sejak ditemukan kasus prambusia di Baduy Dalam tahun 2001-2009 dengan jumlah penderita sebanyak 90 orang, kata Hasanudin, hingga kini pengobatan masih berlangsung.

"Pengobatan digelar setiap tahun sekali untuk membebaskan penyebaran penyakit tersebut," katanya.

Ia mengatakan penyakit prambusia di Indonesia tergolong penyakit langka, dan yang ada hanya warga pedalaman, seperti Papua dan Baduy.

Dijelaskan, penyebaran penyakit prambusia karena ditularkan kuman akibat buruk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) warga setempat.

Masyarakat Baduy Dalam, menurut dia, hingga kini kurang memperhatikan kebersihan. Misalnya, berpakaian sampai berminggu-minggu tidak diganti, mandi tidak menggunakan sabun, dan bahkan warga Baduy ketika tidur tidak beralas tikar.

"Kondisi demikian, tentu sangat berpotensi penularan kuman prambusia," katanya menandaskan.   

Ia mengatakan selama tahun 2009 ini jumlah penderita penyakit sebanyak tiga orang warga Baduy Dalam, yakni Sani (45), Darsa (37), dan Sanim (35).

Saat ini, kata dia, ketiga penderita penyakit kulit yang bisa menimbulkan cacat fisik terus diberikan pengobatan vinicilin dan kapsul oral.

Selanjutnya, juga dilakukan penyuntikan jenis benzetin untuk membunuh kuman-kuman pada bagian tubuhnya. Pemberian obat ini, menurut dia, untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut kepada warga Baduy lainnya.

Menurut dia, penularan penyakit kulit atau koreng-koreng di kawasan Baduy tidak akan tuntas karena mereka enggan melakukan pencegahan dengan pengobatan massal.

Selama ini, lanjut dia, pengobatan hanya dilakukan bagi si penderita prambusia saja. "Saya targetkan tahun ini Baduy bebas dari prambusia," katanya.

Idi Rasidi (60), petugas medis kepercayaan Baduy, mengaku dirinya secara rutin setiap minggu sekali berjalan kaki menempuh sekitar 20 kilometer untuk mendatangi para penderita prambusia.

Bahkan, dia juga berkunjung ke rumah-rumah warga Baduy lain untuk memberikan pemahaman akan bahaya penyakit tersebut, dan pentingnya vaksinisasi sehingga tidak terserang penyakit kulit tersebut.

"Selama ini, penyakit prambusia masih menghantui warga Baduy Dalam akibat kurang menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.

Karena itu, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi agar dapat meningkatkan derajat kesehatan warga Baduy itu.

"Saya minta warga Baduy yang terserang prambusia agar berobat ke puskesmas," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010