Gerakan percepatan tanam yang dilaksanakan petani di berbagai daerah di Tanah Air mampu mempertahankan swasembada pangan di tengah COVID-19.

Produksi beras hingga Juli 2020 melimpah dan surplus, sehingga persedian pangan terpenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia.

"Kita menjamin produksi pangan dipastikan aman hingga Desember mendatang dengan cadangan beras pemerintah (CBP) 1,452 juta ton dan hingga kini terus dilakukan penyerapan gabah dari petani," kata Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso (Buwas) saat panen raya di Pandeglang, belum lama ini.

Para petani terus berjuang keras saat pandemi COVID-19 dan musim kemarau untuk melaksanakan gerakan percepatan tanam agar kembali mempertahankan swasembada pangan dan tidak mengimpor beras dari luar negeri.

Kejayaan swasembada pangan itu sudah dilakukan zaman orde baru (orba) bahwa Indonesia sebagai negara agraris dan mampu mengekspor beras ke berbagai negara.

Produksi beras tahun ini dipastikan terealisasi swasembada pangan dengan membangun sinergitas bersama petani dan bagaimana untuk memenuhi ketersedian pangan.

Kebutuhan konsumsi beras untuk masyarakat Indonesia sebanyak 36 juta ton/tahun dan mampu memenuhi kebutuhan pangan, bahkan 2019 surplus hingga 2,8 juta ton.

Sebenarnya, kata dia, Indonesia memiliki cadangan pangan yang belum digali dan dimanfaatkan sebanyak 457 juta ton yakni sagu.

Dengan demikian, pemerintah terus mengoptimalkan gerakan percepatan tanam untuk memenuhi ketersedian pangan tersebut.

Selama ini, kata Budi, ketahanan pangan merupakan agenda strategis dan menjadikan prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Sebab, negara akan menjadi kuat jika sumber ketersedian panganya terpenuhi dan sebaliknyanya ketahanan bisa menjadi lemah jika ketersedian pangan menipis,katanya.

Perum Bulog sebagai perusahaan milik negara tentu bagian garda terdepan untuk mencintai produksi dalam negeri dengan menyerap  gabah dan beras petani.

Penyerapan pangan tersebut juga dapat menguntungkan pendapatan usaha tani dengan Harga Patokan Pemerintah (HPP) untuk gabah kering pungut (GKP) 4.200/Kg, gabah kering giling (GKG) Rp5.500/Kg dan beras premium Rp9.300/Kg.

Pembelian gabah dan beras berdasarkan HPP itu tentu meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani menjadi lebih baik dan bisa memutus mata rantai para tengkulak.

"Kita sebanyak-banyak menyerap gabah dan beras petani untuk dijadikan CBP itu," kata Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Produksi beras tahun ini, kata Budi, surplus dan stok  CBP yang kini disimpan di gudang milik Bulog di Indonesia sebanyak 1,452 juta ton dan mencukupi hingga Desember 2020.

Perum Bulog terus menjalin kerja sama dengan petani untuk melakukan penyerapan gabah maupun beras petani untuk mendukung swasembada pangan.

"Kami hingga hari ini sudah menyerap gabah petani sebanyak 800.000 ton dan panen terus berlangsung,termasuk di Lampung," katanya menjelaskan.

Tak impor

Budi Waseso mengapresiasakan bahwa Indonesia membuktikan selama tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2018 sampai 2020 tidak mengimpor beras dari luar negeri.

Keberhasilan itu merupakan kerja nyata keseriusan pemerintah untuk kembali membangun swasembada pangan di tengah pandemi COVID-19.

Bahkan, Perum Bulog telah membuktikan melakukan ekspor ke luar negeri dan sudah dilakukan pengemasan beras tersebut, namun terkendala adanya pandemi COVID-19.

Permintaan ekspor beras ke luar negeri tersebut sebanyak 100 ton/bulan dan akhirnya negara itu membatalkannya.

"Kami minta jajaranya agar terus menyerap gabah dan beras petani sebanyak-banyaknya dan tidak mendatangkan beras impor itu," katanya menjelaskan.

Bangun selo

Pembangunan selo (lumbug pangan) merupakan  modernisasi Bulog untuk penyimpanan gabah agar bisa bertahan lama, namun tetap memiliki kualitas.

Perum Bulog membangun selo itu, ujar Budi, sebanyak 14 wilayah di Indonesia dengan kapasitas menampung gabah rata-rata 2.000 ton/selo.

Pembangunan selo itu, seperti yang dilakukan di negeri China dan tidak ada perubahan kondisi gabah tersebut juga bisa bertahan lama.

Selain pembangunan selo juga 3 gudang beras dengan kapasitas 3.000 ton dan dipastikan rampung awal 2021.

"Kami membangun selo dan gudang beras karena memiliki kontribusi untuk mendukung swasembada pangan," katanya

Lumbung pangan

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan selama ini daerahnya menjadikan sentra lumbung pangan di Provinsi Banten dengan produksi beras mencapai 400.000 ton lebih per tahun.

Produksi beras tersebut dinyatakan surplus untuk konsumsi masyarakat Pandeglang dengan penduduk sekitar 1,3 juta jiwa juga menyumbangkan untuk Provinsi Banten sekitar 34 persen dan nasional 1 persen.

Mereka petani itu, kata dia, setelah panen terus melaksanakan gerakan percepatan tanam guna mendukung ketersedian pangan.

Sebab, petani di sini menjaga marwah Pandeglang sebagai daerah lumbung pangan dan tiada hari tanpa tanam juga tiada hari tanpa panen.

"Kami dapat melaksanakan gerakan percepatan tanam seluas 140.000 hektare/tahun dengan tiga musim tanam untuk menggenjot ketersedian pangan dan peningkatan ekonomi petani," katanya menjelaskan.

Dukung Bulog

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Budi S Januardi mengatakan pihaknya sangat mendukung Bulog menyerap beras dan gabah karena bisa membantu usaha petani.

Selama ini, produksi pangan di Pandeglang cukup melimpah, namun jika musim panen harga gabah anjlok karena adanya peran tengkulak.

Karena itu, pihaknya meminta Bulog terus meningkatkan penyerapan gabah petani,sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

"Kami berharap kerja sama ini terus dibangun sehingga dapat membantu ketahanan pangan dan pendapatan ekonomi petani," katanya.

H Sumajaya, seorang petani Kecamatan Cikeusik Pandeglang mengaku  bahwa mereka sangat senang dan gembira Bulog dapat menampung gabah petani dengan harga relatif baik.

Penyerapan gabah yang dilakukan Bulog itu, kata dia, tentu pendapatan petani meningkat dibandingkan tengkulak.

"Kami memastikan keuntungan sekitar Rp20 juta dengan produktivitas 9 ton GKP dengan harga Rp4.200/Kg," katanya.

 

 

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020