Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Januari 2020 telah berdampak terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten yang pada Maret 2020 mencapai 5,92 persen, naik 0,98 poin dibandingkan periode sebelumnya (September 2019) yang hanya 4,94 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Adhi Wiriana di Serang, Rabu (15/7/2020) menyebutkan jumlah penduduk miskin bertambah 134,6 ribu orang dari 641,42 ribu pada September 2019 menjadi 775,99 ribu pada Maret 2020.
Ia mengatakan persentase peningkatan jumlah penduduk miskin itu tidak hanya terjadi di wilayah perdesaan tetapi juga di wilayah perkotaan. Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,00 menjadi 5,03 dan persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari 7,31 pada September 2019 menjadi 8,18 pada Maret 2020.
Wiriana menjelaskan selama periode September 2019-Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 101,6 ribu orang (dari 371,28 ribu orang pada September 2019 menjadi 472,84 ribu orang pada Maret 2020), demikian pula di daerah perdesaan naik sebanyak 33,0 ribu orang (dari
270,13 ribu orang pada September 2019 menjadi 303,14 ribu orang pada Maret 2020).
Dilihat dari garis kemiskinan, Adhi mengatakan peranan komoditi makanan jauh lebih besar pengaruhnya dibandingkan peranan komoditi non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada Maret 2020, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 71,78 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 71,61 persen.
Wiriana menambahkan sejumlah jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan Maret 2020 di perkotaan dan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, serta roti.
Sementara komoditi non makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan adalah sama yaitu biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Adhi Wiriana di Serang, Rabu (15/7/2020) menyebutkan jumlah penduduk miskin bertambah 134,6 ribu orang dari 641,42 ribu pada September 2019 menjadi 775,99 ribu pada Maret 2020.
Ia mengatakan persentase peningkatan jumlah penduduk miskin itu tidak hanya terjadi di wilayah perdesaan tetapi juga di wilayah perkotaan. Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,00 menjadi 5,03 dan persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari 7,31 pada September 2019 menjadi 8,18 pada Maret 2020.
Wiriana menjelaskan selama periode September 2019-Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 101,6 ribu orang (dari 371,28 ribu orang pada September 2019 menjadi 472,84 ribu orang pada Maret 2020), demikian pula di daerah perdesaan naik sebanyak 33,0 ribu orang (dari
270,13 ribu orang pada September 2019 menjadi 303,14 ribu orang pada Maret 2020).
Dilihat dari garis kemiskinan, Adhi mengatakan peranan komoditi makanan jauh lebih besar pengaruhnya dibandingkan peranan komoditi non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada Maret 2020, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 71,78 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 71,61 persen.
Wiriana menambahkan sejumlah jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan Maret 2020 di perkotaan dan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, serta roti.
Sementara komoditi non makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan adalah sama yaitu biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020