Wakil Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Abdul Kholik mengharapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melanjutkan riset eucalyptus sebagai upaya mengatasi penularan wabah virus corona atau COVID-19.
"Riset eucalyptus harus tetap dilanjutkan Kementerian Pertanian, karena ini temuan penting untuk bangsa Indonesia," ujar Abdul Kholik, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, penularan COVID-19 ini begitu cepat dan obat maupun vaksinnya belum ada, oleh karena itu temuan apapun yang berkaitan untuk mengatasinya sangat dibutuhkan sekarang, termasuk eucalyptus.
Temuan ini, lanjutnya, menjadi harapan solusi di tengah masalah besar yang sedang dihadapi bangsa. Harapannya, Kementerian Pertanian terus maju dan dirinya akan mendorong pada forum DPD RI.
Kholik berharap temuan Balitbangtan tersebut menghasilkan produk yang bisa mengatasi wabah virus corona di Tanah Air.
"Seberapa pun sumbangannya untuk mengatasi wabah ini, harus diteruskan dan diupayakan produk-produknya bisa lebih banyak lagi untuk menangani virus ini. Riset ini tetap harus dilanjutkan Kementan, tinggal skemanya apakah dalam bentuk kolaboratif kementerian/lembaga lain tidak masalah," ujarnya.
Nota kesepahaman (MoU) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu, lanjutnya, harus didorong agar lebih meyakinkan publik.
Sebagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pengobatan dan mempunyai tanggung jawab berkaitan dengan COVID-9 ini, menurut dia, IDI lebih relevan untuk bisa membantu menjelaskan kepada masyarakat.
"DPD RI mempunyai program pengembangan potensi daerah, diharapkan dapat bersinergi dengan Kementan. Hasil-hasil penelitian litbang Kementan bisa disinergikan dengan daerah nantinya," katanya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan pihaknya telah mengembangkan prototipe produk berbasis eucalyptus dengan lima varian yaitu roll on, inhaler, balsam, minyak, dan kalung aroma terapi.
Salah satu varian produk eucalyptus ini berbentuk kalung yang merupakan produk aromaterapi dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk yang dikemas dalam kantong berpori.
Produk tersebut mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release), sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu.
Menurut Fadjry, penggunaannya dengan cara menghirup aroma yang keluar dari kemasannya, atau dengan menghirup langsung dari lubang-lubang kemasannya.
"Prinsip kerjanya hampir sama dengan kebiasaan kita mengusap minyak di dada untuk melegakan pernafasan. Kemasan yang diciptakan kini lebih praktis, modern, dan fashionable dalam bentuk kalung, sehingga di mana saja, kapan saja, kita dapat menghirup aromanya," ujarnya.
Kepala Balitbangtan juga menegaskan riset akan terus dilanjutkan dan bersinergi dengan lembaga lainnya sehingga diharapkan lebih memberikan kepercayaan publik pada inovasi, serta kontribusi bagi pandemi yang belum usai.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Riset eucalyptus harus tetap dilanjutkan Kementerian Pertanian, karena ini temuan penting untuk bangsa Indonesia," ujar Abdul Kholik, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, penularan COVID-19 ini begitu cepat dan obat maupun vaksinnya belum ada, oleh karena itu temuan apapun yang berkaitan untuk mengatasinya sangat dibutuhkan sekarang, termasuk eucalyptus.
Temuan ini, lanjutnya, menjadi harapan solusi di tengah masalah besar yang sedang dihadapi bangsa. Harapannya, Kementerian Pertanian terus maju dan dirinya akan mendorong pada forum DPD RI.
Kholik berharap temuan Balitbangtan tersebut menghasilkan produk yang bisa mengatasi wabah virus corona di Tanah Air.
"Seberapa pun sumbangannya untuk mengatasi wabah ini, harus diteruskan dan diupayakan produk-produknya bisa lebih banyak lagi untuk menangani virus ini. Riset ini tetap harus dilanjutkan Kementan, tinggal skemanya apakah dalam bentuk kolaboratif kementerian/lembaga lain tidak masalah," ujarnya.
Nota kesepahaman (MoU) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu, lanjutnya, harus didorong agar lebih meyakinkan publik.
Sebagai organisasi profesi yang berkaitan dengan pengobatan dan mempunyai tanggung jawab berkaitan dengan COVID-9 ini, menurut dia, IDI lebih relevan untuk bisa membantu menjelaskan kepada masyarakat.
"DPD RI mempunyai program pengembangan potensi daerah, diharapkan dapat bersinergi dengan Kementan. Hasil-hasil penelitian litbang Kementan bisa disinergikan dengan daerah nantinya," katanya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan pihaknya telah mengembangkan prototipe produk berbasis eucalyptus dengan lima varian yaitu roll on, inhaler, balsam, minyak, dan kalung aroma terapi.
Salah satu varian produk eucalyptus ini berbentuk kalung yang merupakan produk aromaterapi dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk yang dikemas dalam kantong berpori.
Produk tersebut mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release), sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu.
Menurut Fadjry, penggunaannya dengan cara menghirup aroma yang keluar dari kemasannya, atau dengan menghirup langsung dari lubang-lubang kemasannya.
"Prinsip kerjanya hampir sama dengan kebiasaan kita mengusap minyak di dada untuk melegakan pernafasan. Kemasan yang diciptakan kini lebih praktis, modern, dan fashionable dalam bentuk kalung, sehingga di mana saja, kapan saja, kita dapat menghirup aromanya," ujarnya.
Kepala Balitbangtan juga menegaskan riset akan terus dilanjutkan dan bersinergi dengan lembaga lainnya sehingga diharapkan lebih memberikan kepercayaan publik pada inovasi, serta kontribusi bagi pandemi yang belum usai.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020