Lebak (ANTARA) - Lukisan perjuangan petani kelapa karya Mas Sanoesi Didjaja meramaikan Festival Seni Multatuli (FSM) yang digelar di pelataran Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak.
"Kami menampilkan lukisan ini, karena dulu Kabupaten Lebak sebagai sentra kelapa terbesar di Banten," kata Mas Sanoesi Didjaja atau lebih terkenal U.Sanoesi di Lebak, Banten, Sabtu.
Sanoesi mengatakan dirinya menampilkan lukisan perjuangan petani kelapa itu karena terinsiprasi oleh masyarakat Kabupaten Lebak yang menjadikan komoditas kelapa sebagai pendapatan ekonomi tetap.
Bahkan, zaman kolonial Belanda berdiri pabrik minyak kelapa di Kota Rangkasbitung dan berhenti beroperasi sekitar tahun 1980-an. Para petani yang mengembangkan perkebunan kelapa bisa menghasilkan pendapatan ekonomi bulanan.
Dalam lukisan juga digambarkan seorang petani yang luka kaki bagian kiri, namun tetap berjuang untuk menjual produk kelapa dengan menggunakan sepeda.
Dia mengatakan karena pertanian kelapa menjadikan denyut ekonomi petani Kabupaten Lebak, maka banyak petani kelapa mampu melaksanakan rukun Islam kelima, menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Namun, kejayaan perkebunan kelapa itu, kini tidak kembali seperti dulu akibat berkembangnya pembangunan. Saat ini,
Jumlah pohon kelapa kian berkurang, karena banyak dilakukan penebangan untuk bahan bangunan, di sisi lain petani tidak mengembangkan perkebunan kelapa dengan alasan kelapa bisa berproduksi cukup lama hingga enam sampai tujuh tahun setelah ditanam. Para petani lebih memilih pengembangan budidaya pertanian pangan, hortikultura dan palawija.
"Kami menampilkan lukisan itu agar petani kembali berjuang untuk mengembangkan budidaya pertanian kelapa," kata pelukis kelahiran Serang.
Ketua Penyelenggara seni lukis Deden mengatakan bahwa lukisan yang tampil di FSM itu sebanyak 15 karya yang lolos seleksi dari 50 peserta.
Penampilan karya seni itu dilaksanakan mulai 9 sampai 15 September 2019.
Dalam lukisan itu mengandung unsur kehidupan masyarakat Kabupaten Lebak pada zaman kolonial Belanda sesuai sejarah Multatuli itu.
"Kami mengapresiasi banyak pengunjung dari berbagai daerah datang ke sini untuk melihat lukisan itu," katanya.