Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pemerintah akan fokus mendorong ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk memperbaiki neraca perdagangan pada semester I-2019 yang saat ini telah mencapai 1,90 miliar dolar AS.
"Peningkatan ekspor di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami harus melakukannya," kata Enggartiasto saat ditemui usai rapat pembahasan RAPBN 2020 di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat.
Menurut Menteri Perdagangan, langkah strategis itu diambil dengan memanfaatkan situasi perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
"Peluang itulah yang kami ambil, seperti halnya Indonesia dengan Amerika Serikat, ekspor TPT meningkat 20 persen, tetapi di sisi lain Indonesia impor kapas dari mereka. Semakin meningkat impor kapas, semakin meningkat pula TPT, jadi kami melihat peluang itu dengan mengambil market share dari China," ujar politisi Partai Nasdem ini.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 yang masih mengalami defisit 63,5 juta dolar. Adapun secara akumulasi selama semester I 2019, neraca perdagangan itu defisit sebesar 1,9 miliar dolar.
Defisit neraca migas menjadi faktor utama penyebab defisit neraca perdagangan sepanjang Januari hingga Juli 2019 tersebut. Neraca minyak mentah tercatat minus 304,4 juta dolar, sementara hasil minyak hanya 687,2 juta dolar.
Enggartiasto mengatakan pemerintah juga akan memanfaatkan peluang dari adanya relokasi industri yang terjadi di China dan Taiwan akibat dampak perang dagang tersebut.
"Kami ambil (relokasi industri) itu sebagai peluang, terutama dari sisi investasi, karena kalau tidak ada investasi maka Indonesia tidak mungkin bisa ekspor," ucap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Ekspor tekstil terus didorong pemerintah untuk atasi defisit neraca dagang
Jumat, 16 Agustus 2019 17:34 WIB
Peningkatan ekspor di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami harus melakukannya