Begitu juga warga Badui lainya Yasmin (35). Ia mengatakan ekonomi keluarga terbantu dari upah memanggul durian itu sehingga bisa membeli beras dan lauk pauk.
Meski warga Badui memiliki cadangan pangan yang ada di leuit atau lumbung, mereka masih tetap membeli beras.
Sebagai pemanggul durian, ia sudah biasa berjalan kaki menempuh perjalanan 7--10 kilometer setiap hari.
Selama ini, perjalanan lancar karena tidak ada curah hujan sehingga kondisi marga tidak begitu mengkhawatirkan ketika pemanggul menembus hutan dan tebing curam itu.
Warga Badui sudah panen durian dalam 3 pekan terakhir ini dan diperkirakan akan berlangsung sampai Desember mendatang.
Pendapatan sebagai pemanggul durian setiap hari cukup banyak. Dalam empat kali perjalanan, pemanggul bisa membawa upah Rp320 ribu/hari. Jumlah upah yang sepadan dengan risiko selama perjalanan.
Baca juga: Pedagang durian Badui kewalahan layani pembeli
Andalan ekonomi
Tetua adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan hingga saat ini panen durian menjadi andalan ekonomi masyarakat Badui, mulai dari petani, pemetik buah, hingga buruh panggul.
Perkebunan durian di kawasan tanah hak ulayat Badui seluas 5.000 hektare, terdiri atas 3.000 hektare hutan lindung dan 2.000 hektare pertanian dan permukiman.
Selama ini, perkebunan durian di kawasan Badui tumbuh dan berkembang baik karena ada larangan penebangan pohon.
Oleh karena itu, produksi durian pada musim panen selama setahun, bisa menggulirkan uang miliaran rupiah.
Pohon durian di kawasan tanah hak ulayat Badui sekitar 8.000 pohon, dengan penduduk 4.000 keluarga.
Saija menghitung dari 8.000 pohon itu, jika panen rata-rata Rp4 juta/pohon maka total nilai produksinya Rp32 miliar.
Baca juga: Kemenkes wajibkan kepesertaan BPJS bagi masyarakat adat, termasuk Badui
Musim durian dan kesejahteraan warga Badui
Kamis, 28 September 2023 16:56 WIB