Sanggar Guriang di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten melestarikan budaya kearifan lokal melalui "Festival Tenun Badui" yang dilaksanakan selama sepekan (25-31 Agustus 2022) di Warunggunung.
"Kita harus mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal kehidupan masyarakat Badui," kata Ketua Sanggar Guriang Kabupaten Lebak, Dede Majid di Lebak, Ahad (28/8) 2022.
Baca juga: Puskesmas Cisimeut Lebak layani imunisasi anak warga Badui pada malam hari
Baca juga: Puskesmas Cisimeut Lebak layani imunisasi anak warga Badui pada malam hari
Ia menjelaskan Festival Tenun Badui yang dilaksanakan Sanggar Guriang di Warunggunung selama sepekan itu merupakan bagian kepedulian terhadap budaya masyarakat Badui, di mana kehidupan masyarakat Badui, selain bercocok tanam juga diwajibkan mampu membuat kain tenun, karena warisan nenek moyang itu.
Dengan demikian, pihaknya melestarikan budaya kearifan lokal itu dengan menggelar Festival Tenun Badui.
Pelaksanaan festival itu juga mendorong ekonomi kreatif bagi perajin kain Badui, siswa disabilitas dan masyarakat setempat.
Masyarakat setempat bisa mengelola parkir kendaraan, termasuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan banyak pelaku usaha, karena adanya pengunjung Festival Tenun Badui .
Menurut dia, pelestarian budaya kearifan lokal masyarakat Badui itu melibatkan 40 peserta, terdiri atasi 20 peserta di antaranya empat orang siswa disabilitas mempelajari penenun kain Badui juga merancang busana kain tenun itu.
Bahkan, dari 20 peserta yang mempelajari penenun dan desainer busana mengikuti loka karya dua hari di kawasan pemukiman Badui dengan instruktur langsung perajin Badui.
Sedangkan, 20 peserta lainnya yang semuanya siswa disabilitas dari seluruh sekolah khusus mulai SD, SMP dan SMA, nanti mengikuti peragaan busana yang berlangsung tanggal 29-30 Agustus 2022 di Festival Tenun Badui.
"Kami menggelar festival tenun Badui dengan melibatkan siswa disabiitas untuk mendorong agar mampu berkarya menenun hingga merancang busana, sehingga dapat mengembangkan ekonomi mereka," katanya.
Menurut dia, kegiatan festival itu bekerja sama dengan Kemendikbudristek untuk pelestarian budaya kearifan lokal.
Bahkan, penenun kain tenun Badui juga didatangkan dari perajin Badui sebanyak enam orang untuk memperkenalkan kepada siswa disabilitas dan pengunjung.
"Kami berharap kegiatan festival ini dapat memotivasi masyarakat agar mau melestarikan kearifan lokal itu dan jangan sampai hilang," kata Dede Majid.
Guru SMA Khusus Negeri 1 Rangkasbitung Kabupaten Lebak Ucu mengatakan pihaknya mengirimkan tujuh siswa difabel untuk mengikuti Fashion Show busana Badui pada acara Festival Tenun Badui yang diselenggarakan Sanggar Guriang Warunggunung.
Sanggar Guriang memberikan perhatian cukup besar terhadap siswa difabel untuk mengikuti 'fashion show' agar bisa berkiprah dalam dunia busana.
"Kita mengapresiasi siswa difabel juga mampu mengikuti fashion show seperti yang ditampilkan peragawati dan peragawan," katanya.
Sementara itu, Ranti, seorang instruktur dari Badui mengatakan para difabel yang belajar desainer busana Badui itu mereka belajar langsung menenun kain hingga merancang dan menjahitnya.
"Kami sebagai perajin penenun kain Badui tentu bangga karya desainer empat siswa disabilitas luar biasa dan dapat ditampilkan fashion show pada festival tenun Badui itu," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Festival Tenun Badui lestarikan kearifan lokal digelar Sanggar Guriang